Selain Ahmad, Niko, demonstran lain mengungkap bahwa penghasilan bersih mitra belum membaik sejak pandemi Covid-19, bahkan saat ini nilainya semakin kecil.
“Sekarang kalau terima 1-2 trip kita akan dipotong Rp3.000, kalau 3-4 trip dipotong Rp8.500, nah kalau 10 trip ke atas potongannya sampai Rp20.000,” kata Niko.
Sebelumnya, gelombang protes menolak program GrabBike Hemat juga terjadi di sejumlah wilayah, seperti di Cirebon, Kupang, Solo, Bandung dan Malang.
Koalisi Ojol Nasional atau KON bahkan secara khusus menyampaikan tuntutan mereka agar program ini dihapus saat melakukan audiensi dengang Badan Aspirasi Masyarakat atau BAM DPR pada Rabu 23 April 2025.
Ojek online telah mengubah lanskap transportasi perkotaan secara signifikan. Kehadirannya menawarkan solusi praktis dan efisien bagi masyarakat yang membutuhkan mobilitas cepat di tengah kemacetan lalu lintas.
Dengan bermodalkan aplikasi di ponsel pintar, pengguna dapat dengan mudah memesan jasa ojek, baik untuk mengantar penumpang maupun mengirim barang.
Kemudahan dan kecepatan adalah daya tarik utama ojek online. Proses pemesanan yang sederhana, transparansi tarif, dan kemampuan melacak posisi pengemudi secara real-time memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.
Selain itu, ojek online juga membuka lapangan kerja baru bagi banyak orang, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, perkembangan ojek online juga tidak lepas dari tantangan.
Persaingan harga yang ketat antar penyedia layanan, isu kesejahteraan pengemudi, dan regulasi yang belum sepenuhnya jelas menjadi beberapa masalah yang perlu diatasi.
Baca Juga: Ojol Minta Payung Hukum, Celios: Paling Tepat di Bawah Kementerian UMKM
Pemerintah dan penyedia layanan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem ojek online yang berkelanjutan dan menguntungkan semua pihak.