Kualitas pembiayaan terjaga dengan indikasi NPF Gross 1,88% membaik dari periode sebelumnya. Cost of credit (CoC) perseroan juga membaik di level 0,93%.
Ade Cahyo mengatakan bahwa tahun 2025 ini kondisi cukup menantang dampak dari global macroeconomy dan geopolitik. ‘’Kami menyadari mulai ada tekanan likuiditas. Dan karena itu kami harus mengantisipasi dengan fokus pada strategi untuk menumbuhkan bisnis yang prudent dan tentu menjaga efisiensi agar perseroan tetap dapat membukukan kinerja sesuai target yang telah ditetapkan," bebernya.
BSI terus menggali potensi bisnis yang lebih luas terutama yang memiliki uniqueness syariah seperti Tabungan Haji yang masuk kategori dana murah dan jangka panjang, ekosistem ziswaf, terus meningkatkan digitalisasi untuk kenyamanan nasabah dan tentu saja mengoptimalkan potensi bisnis emas.
Dia juga mengungkap BSI optimistis adanya potensi pertumbuhan bisnis bank syariah. Berdasarkan hasil survey tahun 2024, terdapat peningkatan preferensi masyarakat terhadap keuangan syariah (sharia preference).
Terdapat peningkatan kelompok Universalis (mereka yang akan memilih bank syariah jika fasilitas dan benefitnya setara dengan bank konvensional) menjadi 30% dari semula 25,6% dan kelompok konformis (mereka yang memilih berbank syariah saja) yang juga meningkat menjadi 29,1% dari semula 20,6%. Populasi preferensi syariah 59,1% ini menjadi potensi yang sangat besar untuk dirangkul BSI.
Bagi pemilik saham, perseroan juga mencetak rasio imbal hasil menarik, yang terlihat dari angka return on equity (ROE) sebesar 17,58%. BSI mengawali tahun 2025 dengan kenaikan aset sebesar 12,01% menjadi Rp401 triliun. Adapun rasio return on asset (ROA) berada di level 2,43%.