Demi Trump, Indonesia Rela Stop Impor BBM dari Singapura

Achmad Fauzi Suara.Com
Jum'at, 09 Mei 2025 | 19:12 WIB
Demi Trump, Indonesia Rela Stop Impor BBM dari Singapura
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia usai rapat bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (17/4/2025) malam. (Suara.com/Novian)

Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia akan hentikan impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura. Nantinya, impor BBM akan dialihkan dari Amerika Serikat (AS).

Hal ini imbas dari tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump yang memberikan tarif tinggi ke Indonesia. Sehingga, pemerintah Indonesia membuat kebijakan untuk mengalihkan sebagian impor minyak dan gas ke AS.

"Bukan kata mungkin lagi nih, sudah hampir pasti, kita akan mengambil minyak dari negara lain yang bukan dari negara itu (Singapura). (Impor dialihkan) salah satu di antaranya AS," ujar Bahlil di KantorKementerian ESDM, Jakarta, Jumat (9/5/2025).

Ketua Umum Partai Golkar ini menuturkan, selama ini mayoritas sekitar 59 persen impor BBM berasal dari Singapura. Hal ini yang menjadi pertimbangan Bahlil untuk mengalihkan impor ke negara lain seperti AS.

Selain itu, harga BBM impor dari negara lain seperti timor tengah hingga AS beda-beda tipis dengan dari Singapura. Makanya, rencana pengalihan ini tidak perlu dipersoalkan.

Pengalihan impor BBM, tambah Bahlil, juga merupakan bagian dari tawaran saat negosiasi dengan pihak pemerintah AS.

"Jadi dialihkan (dari Singapura) sebagian (ke AS). Kan kita sudah mempunyai perjanjian dengan AS, salah satu yang kita tawarkan itu adalah kita harus membeli beberapa produk dari mereka diantranya BBM, minyak mentah dan LPG," jelas dia.

Rencananya, tutur Bahlil, kebijakan impor BBM dari AS akan dilakukan selama 6 bulan ke depan. Hal ini sambil menunggu, Pertamina menyelesaikan pembangunan dermaga yang bisa menampung kapal muatan besar.

"6 bulan, sekarang kan Pertamina lagi membangun dermaga-dermaga yang bisa (memuat) kapal impor yang besar, karena kalau dari Singapura kan kapalnya yang kecil-kecil. Itu juga salah satu alasan," kata Bahlil.

Baca Juga: Trump Putuskan 180 Karyawan Universitas Columbia Kena PHK

"Jadi kita membangun yang besar supaya satu kali angkut gak ada masalah. maka pelabuhan yang diperbesar dan kedalamannya harus dijaga," sambung dia.

Namun demikian, Bahlil memastikan, RI tidak langsung memberhentikan seluruh impor BBM dari Singapura, melainkan dilakukan bertahap hingga batas kuota yang ditetapkan oleh pemerintah.

"Bertahap ya. Tahap sekarang mungkin bisa 50-60 persen, dan mungkin suatu saat akan nol," beber Bahlil.

Masih Menghitung

Sebelumnya, Pemerintah belum memutuskan rencana impor energi dari Amerika Serikat (AS). Rencana impor enegi ini untuk merespon tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump yang dibebankan kepada Indonesia.

Bahlil menambahkan, kekinian tim dari Kementerian ESDM tengah masih membahas rencana impor LPG hingga BBM dari AS dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

"Dan karena belum ada satu keputusan yang pasti tentang poin-poin mana saja yang akan disepakati. Maka kami sampai dengan sekarang belum melakukan eskalasi terhadap impor tambahan," ujar Bahlil.

Ilustrasi jenis-jenis BBM. [Ist]
Ilustrasi jenis-jenis BBM. [Ist]

Menurut dia, impor LPG Indonesia dari Amerika sudah begitu besar sebesar 59 persen. Hanya saja, impor minyak mentah baru sedikit, sebesar 6-7 persen.

Bahlil menyebut, impor minyak mentah tersebut akan ditingkatkan kembali, namun keputusan itu masih terus dikoordinasikan.

"Nah itu yang kita akan tingkatkan nanti setelah ada keputusan bersama," ucap dia.

Ketua Umum Golkar ini menambahkan, Kementerian ESDM masih menghitung nilai dan kuota impor energi dari AS. Sayangnya, Bahlil tidak merinci kapan perhitungan tersebut selesai.

"Kita lagi menghitung agar data tunggalnya itu bisa segera selesai. Tapi kelihatannya sudah hampir selesai. Kita tunggu waktunya aja," imbuh dia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI