Kiyosaki telah lama berpendapat bahwa aset pembawa nilai seperti emas, perak, dan yang terbaru Bitcoin, merupakan lindung nilai penting terhadap inflasi serta merupakan kunci untuk membangun kekayaan lintas generasi dalam siklus ekonomi yang tidak menentu.
"Jangan bekerja atau menyimpan uang palsu. Gunakan standar emas, perak, dan Bitcoin yang terdesentralisasi," tulis Kiyosaki
Dalam postingannya pada 18 April lalu, Kiyosaki membuat prediksi mengejutkan bahwa Bitcoin bisa mencapai harga USD1 juta pada tahun 2035. Prediksi ini didasarkan pada keyakinannya bahwa dolar AS akan terus kehilangan nilainya akibat kebijakan moneter yang inflasioner.
"Saya sangat yakin, pada tahun 2035, satu Bitcoin akan bernilai lebih dari USD1 juta, emas akan bernilai USD30.000, dan perak USD3.000 per koin," katanya.
Kiyosaki bukanlah satu-satunya tokoh yang menyatakan keyakinan kuat terhadap masa depan Bitcoin. Pada Februari 2025, CEO ARK Invest, Cathie Wood, mengungkapkan pandangannya bahwa Bitcoin dapat mencapai USD1,5 juta pada tahun 2030, seiring pertumbuhan permintaan terhadap aset digital tersebut.
Keunggulan Bitcoin
Robert Kiyosaki menilai masa depan aset kripto Bitcoin sangat cerah, di tengah ketidakpastian global. Menukil Bitcoin News, Kamis, 8 Mei 2025, Robert Kiyosaki menuliskan pendapatnya di media sosial soal perjalanan Bitcoin. Dia menilai, Bitcoin lebih berharga dibanding emas batangan, bahkan meski dirinya memiliki tambang dari kedua logam mulia tersebut.
"Saya memiliki tambang emas dan perak serta sumur minyak. Jika harga emas, perak, atau minyak naik, saya akan menambang atau mengebor lebih banyak lagi, sehingga pasokannya bertambah. Saya tidak bisa melakukan itu dengan bitcoin. 21 juta adalah 21 juta," tulis Robert Kiyosaki.
Pendapat Robert soal Bitcoin ini mencerminkan keunggulan aset kripto tersebut dibanding aset-aset fisik lainnya. Kiyosaki menilai bahwa sifat Bitcoin yang terdesentralisasi dan tidak bisa dicetak ulang membuatnya lebih tahan terhadap inflasi dan manipulasi pasar.
Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali Tembus US$100.000, Sentimen Trump-China Jadi Penentu