Situasi ini mendukung dolar dan menambah tekanan pada emas.
Minat institusional terhadap emas juga melemah, dengan pelaku pasar mempertimbangkan kembali potensi aksi The Fed dalam waktu dekat. Kekuatan data penjualan ritel dan PPI menunjukkan bahwa ekonomi masih cukup tangguh untuk menahan inflasi, sementara ekspektasi inflasi yang tinggi bisa mendorong kebijakan moneter tetap ketat.
Tanpa adanya tekanan geopolitik baru atau perubahan sikap dovish yang eksplisit dari The Fed, emas diperkirakan masih akan berada di bawah tekanan.
Kecuali jika komentar mendatang dari The Fed secara tegas menolak prospek kenaikan suku bunga riil atau menyatakan perubahan kebijakan jangka pendek, rotasi modal menuju aset berisiko kemungkinan akan terus berlanjut. Dalam lingkungan dengan permintaan safe haven yang menurun dan ketidakpastian inflasi yang masih tinggi, emas akan terus menghadapi hambatan dalam jangka pendek.
Secara teknikal, harga emas masih berada dalam tren naik jangka menengah, namun momentum jangka pendek mengarah ke bawah. Jika harga bergerak di bawah pivot utama USD 3.166,46, tekanan jual diperkirakan akan meningkat, dengan target selanjutnya di USD 3.018,52.
Dukungan utama berada di swing bottom USD 2.956,56. Apabila level ini ditembus, maka moving average 52 minggu di kisaran USD 2.707,24 akan menjadi target koreksi berikutnya.
Sementara beberapa pedagang mungkin akan membeli saat harga menyentuh level support, kondisi saat ini menunjukkan bahwa aksi jual saat harga naik juga meningkat, mencerminkan perubahan sentimen pasar secara menyeluruh.