Suara.com - Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut bahwa produk sarung tangan kerja atau working gloves buatan dalam negeri tembus pasar global.
Sarung tangan kerja buatan PT Sport Glove Indonesia (SGI) ke Amerika Serikat (AS).
Ekspor mencakup dua kontainer ukuran 20 dan 40 kaki dengan total muatan sebanyak 48.612 pasang sarung tangan senilai USD 123,10 ribu atau senilai Rp1,97 miliar.
Busan, sapaan Budi Santoso, mengatakan bahwa ekspor ini jadi momentum ekspor RI di tengah kebijakan tarif AS.
Produk yang diekspor kali ini adalah produk premium untuk industri dan pekerjaan umum.
"Kemendag akan mendukung produk berdaya saing dan berorientasi ekspor seperti yang diproduksi PT SGI. Ekspor ini menunjukkan kemampuan industri Indonesia memenuhi standar global," ujar Mendag Busan dalam keterangannya, Sabtu 24 Mei 2025.
"Dari Sleman, kita buktikan bahwa Indonesia mampu mengekspor produk jadi berkualitas tinggi, bukan hanya bahan baku."
Mendag Busan, meski tengah gonjang-ganjing perang dagang, prospek pasar AS akan terus menjanjikan.
AS merupakan tujuan utama ekspor sarung tangan kerja Indonesia, menempatkan Indonesia sebagai pemasok terbesar ke-6 setelah Vietnam dan India ke Negeri Paman Sam.
Baca Juga: Di Tengah Gejolak Global, Neraca Pembayaran Indonesia Tetap Tangguh!
"Saat ini, Indonesia akan menghadapi tantangan baru berupa tarif tambahan dari Pemerintah AS. Indonesia terus mengupayakan diplomasi agar produk Indonesia tetap berdaya saing, ini tantangan serius yang harus dihadapi dengan peningkatan efisiensi dan daya saing," jelasnya.
Mendag Busan menambahkan, dalam upaya memperluas pasar, Kemendag juga melakukan berbagai perundingan dagang dengan negara mitra.
Salah satunya, yaitu perjanjian Indonesia– Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA–CEPA) yang telah selesai dan siap ditandatangani.
Mendag Busan berharap PT SGI dapat melihat peluang akses pasar ke Kanada melalui implementasi perjanjian ini nantinya.
"Mudah-mudahan PT SGI dapat menembus pasar ekspor Kanada dengan memanfaatkan peluang perjanjian ini," kata dia.
Mendag Busan menambahkan bahwa Kemendag telah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat ekspor Indonesia.
Salah satunya melalui Program Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor).
Kemendag juga aktif menggelar kegiatan penjajakan kerja sama bisnis (business matching).
Sepanjang Januari hingga April 2025, tercatat 246 kegiatan business matching dengan 33 negara mitra, terdiri atas 165 sesi presentasi bisnis (pitching) dengan perwakilan perdagangan RI di luar negeri dan 81 pertemuan dengan buyer.

Upaya ini menghasilkan potensi transaksi senilai USD 57,61 juta yang terdiri atas USD 36,11 juta purchase order (PO) dan USD 21,49 juta potensi transaksi.
Sementara itu, Direktur Eka menyatakan, PT SGI merupakan produsen sarung tangan premium yang memiliki kualitas terbaik di dunia.
Ia mengungkapkan, perang tarif antara AS dan Tiongkok tidak berdampak signifikan terhadap ekspor produk PT SGI ini ke AS. Alih-alih, justru terbuka peluang merebut pangsa pasar China.
Untuk itu, PT SGI meminta dukungan Kemendag agar PT SGI dapat meningkatkan produksi dan kompetensi dan memenuhi persyaratan negara-negara tujuan ekspor.
Ia pun menyebut, perusahaannya siap menjadi contoh nyata perusahaan di daerah yang dapat menjadi basis produksi industri ekspor kompetitif.
Indonesia berada di peringkat ke-12 dunia sebagai eksportir sarung tangan kerja dengan nilai ekspor mencapai USD 112,40 juta pada 2024.
Pada kuartal I 2025 nilai ekspor produk ini mencapai USD 24,40 juta. Selama lima tahun terakhir (2020—2024), pertumbuhan rata-rata ekspor sektor ini mencapai 7,8 persen per tahun.
Sementara di sisi lain, nilai industri sarung tangan dunia telah mencapai USD 6,5 miliar dengan pertumbuhan tahunan 2,96 persen dan pernah melonjak hingga 4,45 persen pada 2024.
Permintaan global untuk sarung tangan kerja juga tumbuh rata-rata 2,96 persen per tahun dalam lima tahun terakhir, terhitung mulai 2020 hingga 2024, bahkan mencapai peningkatan 4,45 persen pada 2024 dibanding tahun sebelumnya.
Saat ini, nilai pasar global untuk produk tersebut telah mencapai USD 6,5 miliar.