Suara.com - Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi meramal harga emas dunia berpotensi berada di level terendah.
Hal ini setelah harga emas dunia Jumat 23 Mei 2025 sore kemarin mengalami koreksi signifikan dan telah menyentuh level support pertama di USD 3.245 per troy ounce.
Dia menilai bahwa penurunan tersebut belum berakhir, dengan potensi besar harga emas akan menembus level USD 3.185. Bila hal itu terjadi, maka harga terendah diprediksi di angka USD 3.150.
"Ada kemungkinan besar akan tembus di level 3.185. Kalau seandainya tembus di level 3.185, ada kemungkinan besar support terakhir itu adalah di 3.150. Itu level terendah kalau kita lihat secara teknikal," ujar Ibrahim kepada media yang dikutip, Sabtu 24 Mei 2025.
Ibrahim menjelaskan, ada sejumlah faktor global yang menyebabkan turunnya harga emas dunia.
Salah satunya adalah pernyataan pejabat Bank Sentral Amerika Serikat pada pekan lalu yang menyiratkan bahwa pemangkasan suku bunga masih akan tertunda dalam waktu yang lama.
"Pada saat pertemuan Bank Sentral Amerika dan pernyataan-pernyataan dari pejabat Bank Sentral Amerika di hari Jumat, mereka mengatakan bahwa penurunan suku bunga kemungkinan besar masih cukup jauh," kata Ibrahim.
Selain itu, kondisi perang dagang yang belum sepenuhnya reda menjadi alasan kuat bagi The Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga tinggi.
Meskipun berbagai pihak, termasuk mantan Presiden Donald Trump, mengkritik sikap tersebut, Bank Sentral tetap bergeming.
Baca Juga: Harga Emas Antam Melorot Jelang Akhir Pekan, Jadi Rp 1.910.000/Gram
Sementara itu, ketegangan geopolitik yang mereda di beberapa kawasan juga turut memberi tekanan pada harga emas.
Ibrahim menyoroti gencatan senjata antara Pakistan dan India setelah tiga hari bentrokan yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan PBB, serta kesepakatan dagang antara Amerika dan Tiongkok yang terjadi di Swiss.
"Amerika yang awalnya menerapkan biaya impor sebesar 145 persen berubah menjadi 30 persen, kemudian Tiongkok yang menerapkan biaya impor 125 persen hanya dikenakan 10 persen."
"Ini yang sebenarnya membuat Bank Sentral Amerika kemungkinan besar masih akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi, bahkan di tahun 2025 kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga," ujarnya.
Ibrahim menyebut bahwa kesepakatan penurunan tarif impor tersebut justru berdampak negatif bagi harga emas, karena memicu aksi ambil untung atau taking profit oleh para pelaku pasar besar.
Namun, menurutnya aksi ambil untung atau profit taking ini bersifat sementara, karena investor besar masih menunggu gejolak geopolitik global kembali memanas terutama di Eropa dan Timur Tengah.