Suara.com - Labubu, mainan mewah seukuran telapak tangan dengan gigi tajam dan pengikut fanatik, telah menjadi mainan yang terlalu populer untuk dijual. Namun, di Inggris penjualan labubu pun diberhentikan.
Lantaran, adanya adegan antrean yang kacau, kerumunan yang membludak, dan perkelahian yang dilaporkan saat membelinya. Dalam hal ini distributor Pop Mart telah menangguhkan semua penjualan di dalam toko koleksi tersebut di seluruh Inggris Raya.
"Karena meningkatnya permintaan untuk Labubu kesayangan kami, kami telah melihat peningkatan signifikan dalam jumlah pelanggan pada hari-hari stok ulang dengan antrean panjang terbentuk di luar toko kami dan Roboshop (toko swalayan)," tulis perusahaan mainan yang berbasis di Tiongkok itu dalam sebuah posting Instagram dilansir CNN International, Senin (2/6/2025).
“Untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan semua orang, kami akan menghentikan sementara semua penjualan mainan mewah THE MONSTERS di dalam toko dan roboshop hingga pemberitahuan lebih lanjut," tambahnya.
Namun, penjualan online akan terus berlanjut seperti biasa. Labubu adalah gagasan ilustrator kelahiran Hong Kong Kasing Lung, dan diam-diam telah membangun pengikut setia sejak debutnya tahun 2015.
Dalam beberapa bulan terakhir, makhluk bertubuh kelinci dan berwajah peri itu yang sama-sama aneh dan menggemaskan telah melonjak popularitasnya.
Para artis dunia termasuk Rihanna, Dua Lipa, dan Lisa dari Blackpink telah mengenakan mainan itu seperti jimat, dan mereka bahkan terlihat di Paris Fashion Week tahun ini.
Pada tahun 2024, pendapatan Pop Mart di luar Tiongkok meroket 375,2% menjadi 700 juta dolar AS.
Labubus sendiri menghasilkan 420 juta dolar AS dari total pendapatan perusahaan sebesar 13,04 miliar yuan (1,8 miliar dolar AS) tahun lalu. Di TikTok, konten yang menampilkan Labubus berkisar dari unboxing yang menggembirakan hingga klip perkelahian di luar toko.
Baca Juga: Labubu sampai Jastip 1 Ton Milk Bun, 5 Tren FOMO Sepanjang 2024 yang Bikin Geleng-geleng Kepala
Dalam hal ini, tagar “Labubu” kini memuat lebih dari 1,4 juta unggahan, dan di platform penjualan kembali seperti StockX, boneka-boneka tersebut laku ratusan dolar, dibandingkan dengan harga eceran standar hingga 85 dolar AS.
Sarah Johnson, pendiri dan direktur konsultan ritel Flourish Retail yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada bahwa penangguhan penjualan di toko mungkin lebih dari sekadar pengendalian massa.

"Pop Mart menarik Labubu dari toko-toko di Inggris tampaknya merupakan langkah pencegahan untuk meredakan hiruk pikuk di toko dan melindungi merek dan pelanggan mereka,” katanya.
Pada saat yang sama, keputusan semacam ini membuat produk tetap menjadi sorotan dan menambah kesan langka, yang hanya mendorong minat dan perhatian lebih jauh secara daring," tambahnya.
Sementara itu di China, pihak Bea Cukai sudah menahan beberapa barang Labubu yang diambil dari para jastip atau resseler. Mereka membeli banyak Labubu yang membuat kecurigaan Bea Cukai.
Hingga Dua agen bea cukai Tiongkok menyatakan bahwa mainan tersebut dimaksudkan untuk keuntungan dengan cara dijual kembali dan disita sesuai dengan hukum. Rincian dan rekaman salah satu penyitaan diunggah oleh Administrasi Bea Cukai Tiongkok di media sosial,