Suara.com - PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) atau MedcoEnergi mencatatkan laba bersih pada kuartal I-2025 sebesar USD 18 juta.
Raihan laba bersih ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
CEO MedcoEnergi, Roberto Lorato mengatakan, penurunan laba bersih tersebut terutama disebabkan oleh rugi bersih dari Amman Mineral Internasional (AMMN) yang sedang menyelesaikan proses commissioning smelter baru.
Meski demikian, MedcoEnergi mencatatkan EBITDA sebesar USD 332 juta. Angka ini meningkat dibandingkan kuartal keempat 2024, yang menunjukkan efektivitas pengelolaan biaya yang proaktif meskipun adanya penurunan musiman pada permintaan gas.
"Hasil ini mencerminkan kekuatan fundamental dan kinerja operasional Perseroan," ujar Roberto seperti dikutip dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (2/6/2025).
Adapun, harga rata-rata realisasi minyak mencapai USD 72 per barel, relatif stabil dibandingkan kuartal keempat 2024. Harga gas juga tetap stabil di level USD 7/mmbtu.
Sedangkan, belanja modal atau capital expemditure (capex) selama periode ini mencapai USD 89 juta.
Investasi ini difokuskan pada kegiatan pengeboran di Blok 60 Oman, pengembangan wilayah kerja di South Natuna Sea Block B dan Blok Corridor.
Selain itu, untuk membiayai penyelesaian proyek energi terbarukan seperti Geotermal Ijen Fase 1 dan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bali Timur melalui Medco Power.
Baca Juga: Pendapatan Real Estat Naik 39 Persen, Perusahaan Ini Raup Laba Bersih Rp 169 Miliar di QI 2025
Likuiditas perusahaan tetap terjaga kuat dengan kas dan setara kas sebesar USD 876 juta pada akhir kuartal.
Sementara itu, utang bersih tercatat sebesar USD 2,1 miliar, dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA membaik menjadi 1,7x dari sebelumnya 1,8x pada akhir 2024.
Pada awal Mei, MedcoEnergi juga menerbitkan Surat Utang Senior bertenor lima tahun senilai USD 400 juta.
Selain itu, perusahaan menyelesaikan pembelian kembali obligasi di pasar terbuka senilai USD 519 juta.
MedcoEnergi juga melaksanakan program pembelian kembali saham (buyback) yang didanai dari kas internal, dengan total 380 juta saham telah dibeli kembali hingga saat ini.
Sementara, produksi minyak dan gas selama kuartal ini mencapai 143 mboepd. Angka ini mencerminkan penurunan musiman pada permintaan gas serta adanya kegiatan pemeliharaan terjadwal di Lapangan Senoro. Biaya produksi kas per unit tercatat sebesar USD 8,4/boe.
Di South Natuna Sea Block B, dua lapangan baru yakni Terubuk dan Forel telah mulai berproduksi dan secara resmi diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia.
![Api berkobar di flare (obor) kilang minyak dan gas. [shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/01/15/o_1b6fti652vr31cemaoe12as1o4qa.jpg)
Kedua lapangan tersebut ditargetkan memproduksi hingga 20.000 barel minyak per hari (BOPD) dan 60 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
Pada bulan Mei, MedcoEnergi juga menandatangani perjanjian pertukaran gas domestik multipihak, yang bertujuan untuk meningkatkan pasokan gas domestik pada paruh kedua 2025.
Selain itu, pengeboran sumur West Kalabau-1 di Blok Rimau berhasil menemukan cadangan baru dengan target produksi perdana pada tahun 2026.
Di Blok Corridor, survei seismik 3D berskala besar telah selesai dilakukan di Lapangan Rebonjaro sebagai langkah awal menjelang kegiatan pengeboran pada 2026.
Di sektor ketenagalistrikan, penjualan listrik tercatat sebesar 871 GWh, turun dari 1.146 GWh pada kuartal keempat 2024.
Penurunan ini disebabkan oleh beberapa gangguan, termasuk pemeliharaan di PLTGU Riau, gempa bumi yang terjadi di dekat fasilitas Geotermal Sarulla, serta banjir yang mempengaruhi PLTS Sumbawa.
Meski begitu, sebagian dampak negatif tersebut berhasil dikompensasi dengan beroperasinya Geotermal Ijen Fase 1 berkapasitas 35 MW sejak Februari 2025.
Proyek PLTS Bali Timur berkapasitas 25 MWp juga telah rampung, dengan target operasi komersial pada Juni 2025. Selain itu, persiapan untuk pengeboran eksplorasi di wilayah kerja PSPE Geotermal Bonjol tengah berlangsung.
Anak usaha MedcoEnergi, Amman Mineral Internasional, mencatat produksi tembaga sebesar 37 juta pon (Mlbs) dan produksi emas sebesar 32 ribu ons (Koz).
Produksi perdana katoda tembaga telah berhasil dicapai pada kuartal pertama 2025 dan telah diekspor pada awal April.
Sementara itu, commissioning untuk fasilitas pemurnian logam mulia dijadwalkan dimulai pada kuartal kedua 2025.
"Kinerja pada kuartal pertama ini mencerminkan disiplin keuangan, ketahanan operasional dan komitmen MedcoEnergi terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan. Kami akan terus memperkuat portofolio usaha dan menangkap peluang baru untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," tutup Direktur Utama MedcoEnergi, Hilmi Panigoro.