Ia secara eksplisit menolak dikotomi antara dua kutub ekonomi dunia.
Dalam bukunya, Prabowo menulis:
"Kalau saya berpendapat, 'Lho, kenapa kita harus memilih?' Kita mau ambil yang terbaik dari kapitalisme, dan yang terbaik dari sosialisme. Gabungan yang terbaik dari keduanya inilah yang disebut oleh Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, oleh bapak saya Prof. Sumitro, sebagai ekonomi kerakyatan, atau ekonomi Pancasila..."
Kutipan ini adalah kunci. Jelas bahwa yang ia maksud bukanlah sosialisme-komunisme ala Karl Marx yang menghapuskan kepemilikan pribadi.
Sebaliknya, ia menawarkan sebuah sintesis, sebuah "jalan ketiga" yang disebutnya sebagai Ekonomi Konstitusi atau Ekonomi Pancasila.
Lebih lanjut, ia mengkritik penerapan sistem ekonomi yang menurutnya terlalu liberal dan tidak sesuai dengan jiwa UUD 1945.
“Kesalahan terbesar para pemimpin Indonesia setelah reformasi adalah mereka meninggalkan sistem ekonomi kita sendiri yang sebetulnya sudah jelas tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.”
Bagi Prabowo, solusi dari paradoks Indonesia terletak pada keberanian untuk kembali ke sistem ekonomi yang berakar pada konstitusi, di mana negara memegang peran sentral.
Jadi, Apa Maksud 'Sosialisme' ala Prabowo?
Baca Juga: Peringkat Daya Saing RI Anjlok 13 Peringkat! Perang Tarif dan Pengangguran jadi Biang Keroknya
Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut, sosialisme yang dimaksud Prabowo bukanlah penghapusan pasar atau kepemilikan swasta.
Visi yang ia tawarkan lebih dekat dengan konsep ekonomi Pancasila atau ekonomi kerakyatan.
Hal itu berarti sebuah sistem yang menekankan peran negara yang kuat untuk memastikan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945.
Konsepsi Prabowo itu lebih dekat kepada 'negara kesejahteraan' alias welfare state, model yang banyak dianut negara-negara Skandinavia, di mana kapitalisme tetap berjalan, namun negara hadir secara signifikan untuk menyediakan jaring pengaman sosial.
Program makan siang gratis yang menjadi andalannya bisa dilihat sebagai perwujudan awal dari visi ini.
Selain itu, Prabowo dalam bukunya itu juga menekankan 'nasionalisme ekonomi'.