Suara.com - Nilai tukar rupiah dibuka melemah hingga menembus Rp16.400 per dolar Amerika Serikat. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea mengatakan hal ini disebabkan serangan Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran.
Serangan itu membuat pasar keuangan bergejolak hingga membuat rupiah tersengat dolar Amerika Serikat.
"Sejalan sentimen risk off di pasar keuangan global paska serangan AS ke 3 fasilitas nuklir Iran yang sekaligus merupakan sikap resmi AS yang telah terlibat perang dengan Iran telah mendorong aksi flight to quality_ di pasar keuangan global," kata Erwin saat dihubungi Suara.com, Senin (23/6/2025).
Menurut dia, safe haven assets seperti emas, USD, dan US Treasury mengalami penguatan pagi hari ini. DXY menguat 0,37 persen. Tentunya membuat mata uang negara maju juga melemah terhadap dolar.
"Mata uang negara maju G10 seperti EUR, GBP, JPY semua mengalami pelemahan terhadap USD. Demikian pula mata uang regional seperti KRW, MYR, dan PHP dibuka melemah," katanya.
Sejalan dengan hal tersebut Rupiah juga diperkirakan sejalan dengan pergerakan mata uang regional. Sementara itu aset berisiko seperti Indeks saham futures AS menunjukkan pelemahan, diikuti oleh indeks saham regional seperti Nikkei, Kospi, dan Straits Times yang juga melemah.
"Sejalan dengan sentimen risk off yang terjadi di pasar, untuk menjaga stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan fundamental dan menjaga pergerakan Rupiah sejalan dengan pergerakan mata uang regional," katanya.
BI akan terus melakukan intervensi transaksi NDF di pasar luar negeri serta transaksi spot, DNDF di pasar domestik. Strategi ini disertai dengan pembelian SBN di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas di pasar keuangan.
Sebelumnya, terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.454,5 pada perdagangan hari ini, Senin (26/5/2025). Di sisi lain, greenback melonjak usai AS melakukan penyerangan ke Iran.
Baca Juga: JP Morgan Ramal 40 Tahun Lagi Dolar AS Lenyap
Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah sebesar 58 poin atau 0,35% menuju level Rp16.454,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,34% ke 99,04.
Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas dibuka melemah. Yen Jepang terkontraksi 0,37% bersama won Korea sebesar 0,85%. Sementara itu, yuan China dan ringgit Malaysia juga melemah dengan persentase masing-masing 0,09% dan 0,63%.
Sebagai informasi, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2025 mencatat pertumbuhan melambat.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI Ramdan Denny mengatakan posisi M2 pada Mei 2025 tercatat sebesar Rp9.406,6 triliun hanya tumbuh sebesar 4,9% (yoy).
Adapun setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,2% (yoy)."Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3% (yoy) dan uang kuasi sebesar 1,5% (yoy)," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (23/6/2025).
Lanjutnya, perkembangan M2 pada Mei 2025 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). Penyaluran kredit pada Mei 2025 tumbuh sebesar 8,1% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,5% (yoy).