AS Serang Iran, Kantor Sri Mulyani Kencangkan Ikat Pinggang

Senin, 23 Juni 2025 | 18:50 WIB
AS Serang Iran, Kantor Sri Mulyani Kencangkan Ikat Pinggang
Ilustrasi. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan kesiagaannya dalam menghadapi berbagai risiko global, termasuk potensi dampak dari serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, yang dapat memengaruhi perekonomian domestik.

Suara.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan kesiagaannya dalam menghadapi berbagai risiko global, termasuk potensi dampak dari serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, yang dapat memengaruhi perekonomian domestik. 

Untuk memitigasi risiko tersebut, Kemenkeu telah menyiapkan langkah-langkah strategis dengan mengoptimalkan peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai peredam dampak (shock absorber) dari peristiwa tak terduga.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Deni Surjantoro, menjelaskan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan kondisi global secara reguler. 

Pemantauan ini dilakukan melalui koordinasi erat lintas kementerian dan lembaga (K/L), termasuk Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk mengidentifikasi risiko yang berpotensi memengaruhi perekonomian dan sektor keuangan Indonesia.

"Pemerintah terus mewaspadai risiko global dan transmisinya pada perekonomian domestik, dengan menyiapkan langkah-langkah mitigasi awal dan mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber," tegas Deni dalam keterangannya, Senin (23/6/2025).

Meskipun adanya ketegangan global, Deni menyatakan bahwa tekanan dalam sepekan terakhir masih berada dalam rentang yang aman. Ia memastikan bahwa kondisi ini belum memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian maupun kinerja industri jasa keuangan di dalam negeri, termasuk kinerja fiskal.

Mengenai lonjakan harga minyak dan dampaknya terhadap inflasi akibat harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Deni menyebut bahwa hal ini dapat diredam melalui subsidi dan kompensasi yang diberikan pemerintah. Ia mengklaim bahwa masih terdapat ruang fiskal yang cukup untuk menyerap risiko inflasi domestik melalui kebijakan tersebut.

"Level harga minyak terkini masih berada di bawah asumsi yang digunakan untuk APBN 2025 yaitu di US$ 82 per barel. Harga minyak Brent di akhir pekan ini masih di US$ 77,27 (eop) dan rata-rata year to date ICP masih di bawah US$ 73 per barel sehingga masih terdapat ruang fiskal untuk meredam rambatan inflasi," jelas Deni.

Deni menekankan pentingnya sinergi kebijakan yang solid antara pemerintah pusat dan daerah untuk mengantisipasi risiko inflasi. Sinergi ini juga melibatkan koordinasi dengan otoritas fiskal, moneter, dan sektor keuangan. Selain itu, pemerintah terus memperkuat sektor-sektor strategis domestik agar lebih tangguh dalam menghadapi guncangan eksternal.

Baca Juga: Dubes Iran: Rudal yang Ditembakkan ke Israel Jenis Lama, Kami Sedang Cuci Gudang

"Pemerintah berkomitmen untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional, serta melindungi daya beli masyarakat agar Indonesia tetap berada pada jalur pemulihan dan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan," pungkas Deni.

Sebelumnya Amerika Serikat (AS) resmi menyerang Iran dengan membombardir tiga situs nuklir negara Islam tersebut, Minggu (22/6/2025). 

Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS telah melakukan serangan yang sangat berhasil terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, yakni situs Natanz, Isfahan, dan Fordow. "Ini adalah momen bersejarah bagi AS, Israel, dan dunia. Iran sekarang harus setuju untuk mengakhiri perang ini," tulis Trump di Truth Social.

Israel mengatakan "berkoordinasi penuh" dengan AS dalam merencanakan serangan tersebut.

Sejumlah pejabat Iran mengonfirmasi fasilitas nuklir mereka diserang tetapi membantah serangan AS menyebabkan kerusakan dahsyat.

Serangan AS tersebut menandai eskalasi signifikan dalam perang yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI