Dilema tersebut, kata Powell, membuat The Fed kini tengah berada dalam posisi yang tidak menyenangkan, karena harus memilih antara mengatasi inflasi dan pengangguran, atau membiarkan pertumbuhan ekonomi terus terperosok.
Dilema ini tak dipedulikan oleh Trump, dia kerap kali kedapatan mengkritik kebijakan moneter Powell. Jay Powell sendiri awalnya menjadi gubernur The Fed setelah dinominasikan oleh Trump selama masa jabatan periode pertamanya sebagai Presiden AS.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau IMF Kristalina Georgieva mengatakan minggu ini bahwa dengan melemahnya prospek global dalam menghadapi serangan tarif Trump, bank sentral seperti Fed perlu tetap tangkas dan kredibel, dan berlepas diri dari campur tangan politik.
Oleh sebab itu, rencana pemecatan Powell oleh Trump dianggap banyak pihak akan mendorong masalah ekonomi tambahan dengan potensi mengguncang pasar keuangan global. Apalagi, bila didasari pada pertimbangan Trump karena tak setuju dengan kebijakan moneter Powell.
"Kristalisasi tiba-tiba dari ancaman terhadap independensi Fed akan mengintensifkan tekanan pasar dan menggesernya ke arah stagflasi dengan peningkatan tajam risiko," kata Wakil Ketua Firma Investasi Flibal, Evercore ISI, Krishna Guha dalam sebuah catatan