Tarif Trump Tak Goyahkan Ekonomi RI, Impor Gandum hingga Sawit Tetap Aman

Selasa, 22 Juli 2025 | 15:05 WIB
Tarif Trump Tak Goyahkan Ekonomi RI, Impor Gandum hingga Sawit Tetap Aman
Diskusi UOB dalam tema Navigating Regulation Shift and Market Uncertainties in Indonesia and Asean.

Suara.com - Pemerintah menceritakan awal mula tarif Trump yang membuat berbagai negara alami tekanan termasuk Indonesia. Apalagi, Indonesia sebelumnya dikenakan tarif 32 persen hingga akhirnya turun menjadi 19 persen.

Seketaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan penetapan tarif ini dikarenakan neraca perdagangan Amerika Serikat alami defisit. Hal itulah yang membuat Presiden Trump membuat tambahan tarif.

"Amerika itu punya problem defisit neraca perdagangan jadi mereka menggunakan instrumen tarif jadi mereka menambahkan tarif lain," kata Susiwijono dalam acara diskusi UOB dalam tema Navigating Regulation Shift and Market Uncertainties in Indonesia and Asean, di Jakarta, Selasa (22/7/2025).

Kata dia, Amerika menilai Indonesia juga dianggap cukup baik dalam melakukan negoisasi tarif. Salah satunya memberikan dokumen lengkap dalam keputusan Trump.

"Indonesia dianggap cukup baik dan memberikan dokumen yang lengkap mengenai permintaan tarif non tarif dan produk Amerika maupun investasi. Jadi pihak Amerika mengapresiasi kita terkait diskusi," katanya.

Sebelumnya tarif impor secara umum (MFN) di Indonesia, struktur Tarif Bea Masuk MFN yang diterapkan oleh Indonesia berdasarkan BTKI (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia) 2022 yakni jumlah total pos tarif HS sebanyak 11.555 pos tarif.

"Jumlah pos tarif dengan Bea Masuk (BM) 0% sebanyak 1.347 HS atau 11,7%, dan jumlah pos tarif dengan Bea Masuk (BM) 5% sebanyak 5.448 HS atau 47,1%," katanya.

Sementara itu, Menko Airlangga menekankan bahwa pembelian sejumlah produk asal AS yang akan dilakukan Pemerintah dalam kerangka kesepakatan dagang terbaru tersebut tidak akan memberikan dampak negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Hal ini karena pada dasarnya pembelian sejumlah produk tersebut dibutuhkan Indonesia, dan selama ini telah diimpor dari beberapa negara, sehingga hanya dilakukan pergeseran sumber negara asal impor.

Baca Juga: Menko Airlangga Kumpulkan Para Pengusaha Usai Tarif Trump 19 Persen

Sejumlah komoditas tersebut diantaranya yakni produk pertanian seperti gandum dan soya bean, hingga produk energi.

Penurunan tarif resiprokal yang berhasil disepakati juga memberikan manfaat strategis bagi Indonesia, khususnya dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, dan stabilitas sektor ketenagakerjaan dengan melindungi hingga 1 juta tenaga kerja yang bergantung pada sektor industri padat karya.

Selain itu, daya saing produk Indonesia di pasar global, seperti minyak sawit juga semakin menguat karena kian diminati di pasar AS dan Eropa.

"Saya bilang kalau ini tidak diberikan, Indonesia kompetitif, 1 juta orang akan kehilangan pekerjaan. Jadi Amerika kan ingin menjadi partner Indonesia, the third largest democratic country and the largest economy di Asia Tenggara,” jelas Menko Airlangga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI