Suara.com - Merasa pusing setiap akhir bulan karena gaji numpang lewat di rekening? Tenang, kamu tidak sendirian.
Banyak anak muda, terutama generasi milenial dan Gen Z, menghadapi tantangan serupa.
Gaya hidup konsumtif, godaan belanja online, dan kebiasaan nongkrong seringkali menjadi penyebab utama dompet kering sebelum waktunya.
Padahal, mengelola keuangan sejak dini adalah kunci untuk meraih kebebasan finansial di masa depan. Keputusan-keputusan kecil yang diambil saat ini bisa berdampak besar dalam jangka panjang.
Lantas, bagaimana caranya agar gaji bulanan tidak hanya sekadar angin lalu?
Kenali "Penyakit" Keuangan Anak Muda
Sebelum mencari obatnya, penting untuk mengenali dulu beberapa kesalahan finansial yang sering dilakukan anak muda.
Gaya Hidup di Atas Kemampuan: Terjebak dalam lingkaran FOMO (Fear of Missing Out) seringkali membuat pengeluaran membengkak.
Mulai dari membeli gadget terbaru, nongkrong di kafe hits, hingga belanja barang branded demi validasi sosial.
Baca Juga: Danantara: Komisaris BUMN Tak Lagi Dapat Insentif dan Tantiem!
Mengabaikan Anggaran: Banyak yang merasa belum perlu membuat anggaran karena gaji dianggap masih kecil.
Padahal, tanpa catatan yang jelas, kita akan kesulitan melacak ke mana perginya uang dan akhirnya dana terpakai untuk hal yang tidak perlu.
Kebablasan Paylater dan Kartu Kredit: Kemudahan transaksi dengan fitur "beli sekarang, bayar nanti" bisa menjadi bumerang. Jika tidak bijak, utang bisa menumpuk dan menggerogoti gaji setiap bulan.
Menganggap Remeh Pengeluaran Kecil: Uang untuk kopi, parkir, atau jajan seringkali tidak tercatat namun jika diakumulasikan jumlahnya bisa sangat signifikan.
Jurus Sakti Atur Gaji: Metode 50/30/20
Salah satu metode paling populer dan mudah diterapkan untuk pemula adalah aturan budgeting 50/30/20. Metode ini membagi pendapatan bersih bulanan ke dalam tiga pos utama:
50% untuk Kebutuhan (Needs): Alokasikan setengah dari gaji kamu untuk pengeluaran pokok yang tidak bisa ditawar. Ini mencakup biaya sewa atau cicilan rumah, tagihan listrik dan air, transportasi, belanja bulanan hingga asuransi.
30% untuk Keinginan (Wants): Sisa 30% bisa digunakan untuk hal-hal yang membuat hidup lebih menyenangkan, seperti langganan layanan streaming, makan di luar, traveling, atau membeli pakaian baru. Pos ini bersifat fleksibel.
20% untuk Masa Depan (Savings & Investment): Ini adalah pos terpenting untuk kesehatan finansial jangka panjang. Alokasikan 20% dari gaji untuk tabungan, dana darurat, dan investasi.
Simulasi:
- Jika gaji bulanan Anda Rp7.000.000, maka alokasinya adalah:
- Kebutuhan: Rp3.500.000
- Keinginan: Rp2.100.000
- Tabungan/Investasi: Rp1.400.000
- Prioritas Utama: Dana Darurat Sebelum Investasi!
Banyak anak muda tergiur untuk langsung berinvestasi demi keuntungan besar. Namun, para ahli keuangan menyarankan untuk memprioritaskan dana darurat terlebih dahulu.
Mengapa Dana Darurat Begitu Penting?
Hidup ini penuh ketidakpastian. Kehilangan pekerjaan, sakit, atau kebutuhan mendesak lainnya bisa datang kapan saja.
Dana darurat berfungsi sebagai "bantal pengaman" finansial yang melindungi kamu dari risiko berutang saat situasi darurat terjadi.
Berapa Dana Darurat yang Ideal?
- Lajang: Minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan.
- Menikah (belum punya anak): Sekitar 9 kali pengeluaran bulanan.
- Menikah (punya anak): Sekitar 12 kali pengeluaran bulanan.
- Simpan dana darurat di instrumen yang likuid atau mudah dicairkan, seperti rekening tabungan terpisah atau reksa dana pasar uang.
Tips Tambahan Agar Keuangan Tetap Sehat:
- Buat Anggaran dan Catat Pengeluaran: Lakukan secara konsisten untuk mengetahui arus kas kamu.
- Bayar Tagihan Tepat Waktu: Segera lunasi semua kewajiban seperti cicilan dan tagihan setelah gajian untuk menghindari denda.
- Masak Sendiri: Selain lebih sehat, memasak sendiri bisa menekan pengeluaran konsumsi secara signifikan.
- Tentukan Tujuan Keuangan: Memiliki tujuan yang jelas, seperti menabung untuk DP rumah atau liburan, akan memotivasi kamu untuk lebih disiplin.
Mengelola keuangan memang bukan hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Dengan komitmen dan disiplin, kamu bisa mengubah kebiasaan dan memastikan gaji tidak lagi hanya "numpang lewat".