Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan likuiditas di industri perbankan tetap memadai. Hal itu terlihat dengan pertumbuhan ekonomi dan penyaluran kredit yang positif.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga. Hal itu terlihat dari kredit tumbuh 7,77 persen yoy di Juni 2025 (Mei 2025: 8,43 persen) menjadi Rp8.059,79 triliun.
"Likuiditas industri perbankan pada Juni 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-CoreDeposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing 118,78 persen (Mei 2025: 110,33 persen) dan 27,05 persen (Mei 2025: 24,98 persen), masih di atas threshold masing-masing 50 persen dan 10 persen," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Kata dia, Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 199,04 persen. Sedangkan, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL grosssebesar 2,22 persen (Mei 2025: 2,29 persen) dan NPL net 0,84persen (Mei 2025: 0,85 persen).
"Loan at Risk (LaR) menurun, tercatat 9,73 persen (Mei 2025: 9,93 persen). Rasio LaR tercatat stabil seperti di level sebelum pandemi," katanya.
Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,81 persen (Mei 2025: 25,48 persen), menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat untuk mengantisipasi kondisi ketidakpastian global.
"Optimisme terhadap perekonomian Indonesia dan kondisi perbankan ke depan juga didukung oleh kesepakatan tarif impor AS terhadap produk Indonesia, penurunan BI Rate, percepatan belanja pemerintah, "katanya.
Serta, beberapa program pemerintah yang diyakini akan mendorong penyaluran kredit, menjaga stabilitas pangan, dan membantu daya beli masyarakat.
"Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 10,78 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,18 persen, di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM," tandasnya.