Suara.com - Sebuah langkah strategis tengah disiapkan pemerintah untuk mendobrak pasar ekspor, khususnya di sektor otomotif. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, Indonesia sedang dalam proses aksesi ke dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
Menurut Airlangga, bergabungnya Indonesia ke dalam CPTPP akan menjadi kunci utama untuk membuka akses pasar ke 12 negara anggota, dengan fokus utama pada Meksiko.
“Kita mendaftar di CPTPP, dan CPTPP itu akan membuka pasar Meksiko,” katanya dalam Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 dan HUT Kemenko Perekonomian ke-59 di Jakarta, Sabtu (23/8).
Selama ini, ekspor otomotif Indonesia ke Meksiko terkendala oleh kuota yang sangat ketat, yaitu hanya 70.000 unit. Padahal, kapasitas ekspor otomotif nasional jauh di atas angka tersebut, bisa mencapai lebih dari 400.000 unit. Hambatan-hambatan inilah yang disebut Airlangga sebagai "tembok-tembok" perdagangan yang harus segera dirobohkan.
"Kuotanya sangat sedikit hanya 70.000. Nah padahal ekspor otomotif kita itu bisa lebih besar dari 400.000, tetapi berbagai negara memasang tembok-tembok. Nah, tembok-tembok ini yang harus kita selesaikan," tegasnya.
Selain CPTPP, Airlangga juga menyebutkan bahwa Indonesia sedang berjuang untuk menjadi anggota penuh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Jika kedua proses ini berhasil dalam satu hingga dua tahun ke depan, dampaknya akan sangat besar bagi ekonomi nasional.
"Kalau itu semua kita bisa capai dalam 1-2 tahun ke depan ini mudah-mudahan produk kita akan semakin lebih membuka pasar dan kita bisa meningkatkan kapasitas," pungkas Airlangga.
Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam perjanjian-perjanjian perdagangan multilateral ini, diharapkan produk-produk nasional, terutama otomotif, akan memiliki akses pasar yang lebih luas dan tidak lagi dibatasi oleh kuota atau tarif. Hal ini akan menjadi dorongan kuat bagi pertumbuhan industri domestik dan ekonomi secara keseluruhan.
Baca Juga: Menko Airlangga: Tidak Ada Negara yang Bisa Tumbuh Konsisten di 5 Persen