Suara.com - Kabar mengejutkan kembali datang dari salah satu pelopor e-commerce Indonesia. Tokopedia, perusahaan yang pernah menjadi simbol kebangkitan startup Tanah Air, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sepanjang tahun 2025.
Ratusan karyawan dilaporkan terdampak kebijakan ini, yang disebut sebagai langkah efisiensi setelah perusahaan diakuisisi oleh raksasa teknologi asal China, ByteDance, induk perusahaan TikTok.
Langkah drastis ini menandai babak baru yang penuh tantangan dalam perjalanan panjang Tokopedia. Bagaimana perjalanan perusahaan sampai ke titik ini?
Masa Keemasan: Merajai Pasar Digital Indonesia

Didirikan pada 17 Agustus 2009 oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, Tokopedia lahir dengan visi mulia untuk mendemokratisasi perdagangan melalui teknologi.
Platform ini dengan cepat tumbuh menjadi salah satu unicorn pertama di Indonesia, memberdayakan jutaan UMKM untuk go digital.
Perjalanannya diwarnai suntikan dana dari investor kelas kakap. Mulai dari pendanaan awal oleh PT Indonusa Dwitama, diikuti oleh East Ventures (2010), hingga investasi raksasa dari Softbank, Sequoia Capital (2014), dan Alibaba Group (2017) yang menempatkan valuasinya menembus USD 7 miliar.
Puncaknya pada 2021, Tokopedia melakukan merger dengan Gojek, membentuk entitas digital raksasa PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang melantai di bursa saham pada April 2022.
Titik Balik: Akuisisi oleh TikTok
Baca Juga: Pilih Gunakan AI, Tiktok PHK Ratusan Karyawan
Era baru dimulai ketika TikTok, melalui ByteDance, mengakuisisi 75,01% saham Tokopedia pada Januari 2024 dengan nilai investasi lebih dari US$1,5 miliar.
Langkah strategis ini memungkinkan TikTok Shop untuk kembali beroperasi di Indonesia setelah sempat dilarang pemerintah, dengan melebur ke dalam sistem Tokopedia.
Namun, persaingan di industri e-commerce semakin ketat. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025 menunjukkan perubahan signifikan dalam lanskap pasar.
Shopee kokoh di puncak sebagai platform yang paling banyak diakses pengguna internet Indonesia (53,22%). Hal yang mengejutkan, TikTok Shop melesat ke posisi kedua (27,37%), sementara Tokopedia berada di urutan ketiga dengan 9,57% pengguna.
Restrukturisasi dan PHK Massal 2025
Di tengah persaingan ketat dan proses integrasi, langkah restrukturisasi pun diambil. Sepanjang Juli dan Agustus 2025, Tokopedia dilaporkan telah melakukan PHK terhadap lebih dari 400 karyawan.
Gelombang PHK ini menyasar berbagai divisi, mulai dari teknologi informasi (IT), layanan pelanggan (customer care), hingga tim pemenuhan pesanan (fulfillment) dan gudang.
Pihak TikTok menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari evaluasi rutin untuk memperkuat organisasi dan meningkatkan efisiensi operasional.
"Kami terus berinvestasi di Tokopedia dan Indonesia, sebagai bagian dari strategi kami untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi yang berkelanjutan," ungkap juru bicara TikTok dalam keterangan tertulis pada hari ini, Selasa (26/8/2025).
Para analis menilai PHK ini tidak terhindarkan pasca-merger untuk mengurangi fungsi ganda dan menyelaraskan struktur perusahaan di bawah kendali ByteDance.
Namun, kebijakan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran publik mengenai nasib talenta digital lokal dan dominasi asing di sektor e-commerce Indonesia.
Dari sebuah startup yang bersinar terang, Tokopedia kini berada dalam fase transisi krusial untuk bertahan dan kembali bersaing di bawah arahan strategis yang baru.