Suara.com - Nestle tengah menghadapi krisis keuangan usai perusahaan, telah memecat CEO Laurent Freixe setelah memiliki hubungan asmara dengan seorang bawahan.
Hal ini menyebabkan raksasa makanan Swiss tersebut mengalami krisis kepemimpinan yang memperparah penurunan harga saham dan penjualan.
Dilansir CBS News, Rabu (3/9/2025), perusahaan tersebut sedang berjuang menghadapi dampak tarif AS.
Apalagi, prosesk ekonomi global yang memburuk dan menurunnya kepercayaan investor setelah bertahun-tahun berkinerja buruk membuat saham Nestle amblas.
Kinerja saham perusahaan yang memproduksi kopi instan Nescafe dan cokelat batangan KitKat ini ditutup 0,7 persen lebih rendah.
Sehingga, memangkas kerugian sebelumnya ketika sahamnya anjlok hingga 3,6 persen.
![Ilustrasi saham [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/11/04/o_1b0n9rld1ehpm66e8t12oo1m2oa.jpg)
Dampak dari skandal perselingkuhan ini, konsumen yang sensitif memutuskan untuk beralih ke alternatif produk yang lebih murah.
Sehingga, saham Nestle sebagai fondasi bursa di Swiss telah kehilangan hampir sepertiga nilainya selama lima tahun terakhir.
Kondisi ini membuat perusahana berkinerja lebih buruk dibandingkan rekan-rekan di Eropa.
Baca Juga: Siapa Dandi? Kematiannya di Makassar Bikin CEO Grab Anthony Tan Turun Gunung
Seorang investor Nestle yang masuk dalam 20 besar meminta CEO baru perlu merampingkan perusahaan.
"Lalu, memangkas biaya dan yang terpenting mengurangi jumlah karyawan," kata investor yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini.
Perusahaan juga penting untuk meningkatkan pertumbuhan organik guna meningkatkan volume penjualan.
Sementara itu, pada bulan Juli, Nestle meluncurkan tinjauan atas bisnis vitaminnya yang berkinerja buruk yang dapat menyebabkan divestasi beberapa merek setelah volume penjualan semester pertama tidak memenuhi harapan.
Direktur investasi AJ Bell, Russ Mould, mengatakan bahwa perusahaan kemungkinan akan menghadapi periode ketidakpastian.
"Meskipun Navratil juga merupakan penunjukan internal, ia ingin memberikan pengaruhnya sendiri pada strategi, dan itu menunjukkan bahwa waktu dapat diatur ulang ketika menyangkut rencana pemulihan," ujarnya.