- Menkeu Sri Mulyani mengatakan kepastian hukum di Indonesia sudah lenyap.
- Menkeu juga bilang bahwa hukum sudah hilang di Tanah Air.
- Ia menuliskan keluhan itu di Facebook setelah rumahnya dijarah, dalam sebuah serangan terorganisir oleh orang-orang yang diduga terlatih, pada pekan lalu.
Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kepastian hukum sudah lenyap dari Bumi Indonesia setelah rumahnya dijarah, dalam serangan yang diduga kuat terencana, terkoordinasi dan dilakukan orang terlatih, di tengah gelombang demonstrasi di Jakarta pada pekan lalu.
Sri Mulyani, dalam tulisan di Facebook, Rabu (3/9/2025) mengatakan para penjarah yang masuk ke rumahnya tanpa terbendung telah merampas sebuah lukisan karyanya sendiri, yang memiliki makna sangat dalam.
"Lukisan Bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia," kata Sri Mulyani dalam unggahan yang sudah disukai lebih dari 4000 kali.
"Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd," tulis Sri Mulyani lebih lanjut.
Meski demikian Sri Mulyani mengakui bahwa kehilangan yang dia rasakan tak sebanding dengan kematian para demonstran dan warga sipil yang terjebak dalam kerusuhan, yang oleh banyak pihak diduga kuat dilakukan secara terkoordinasi.
Minggu kelabu akhir Agustus itu, ada korban yang jauh lebih berharga dibanding sekedar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang melayang yang tak akan tergantikan," lanjut Sri Mulyani.
"Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari. Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia," imbuh dia, sembari menyebut pengemudi ojol yang tewas dilindas rantis Brimob dan mereka yang tewas dalam pembakaran Gedung DPRD Sulawesi Selatan di Makassar.
Menutup tulisannya, Sri Mulyani mengajak sesama masyarakat untuk tidak lelah mencintai Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa dalam kerusuhan tidak ada pemenang.
"Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa," tutup dia.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf!
Serangan ke Rumah Sri Mulyani Terkoordinasi
Serangan terhadap rumah Sri Mulyani di Bintaro terjadi pada Minggu 31 Agustus dini hari. Diduga kuat serangan itu direncanakan, terkoordinasi dan dipimpin orang terlatih.
Serangan itu, yang terjadi dalam dua gelombang, melibatkan teknologi modern seperti drone untuk memantau situasi.
Seorang staf pengamanan di rumah tersebut, Joko Sutrisno, memberikan kesaksian langsung mengenai waktu kejadian yang memecah keheningan malam.
"Gelombang pertama sekitar jam satu (dini hari), gelombang kedua terjadi sekitar jam tiga (dini hari)," kata Joko Sutrisno sebagaimana dilansir Antara, pada Minggu sekitar jam 05.00 pagi.
Gerakan massa yang menjarah rumah Sri Mulyani menunjukkan pola yang tidak acak. Menurut kesaksian Ali dan Jayadi, dua petugas keamanan yang berjaga di gerbang utama Jalan Mandar, massa mulai berkumpul sekitar pukul 12.30 dini hari.