- Investor Menunggu Kebijakan Fiskal dari Menkeu Baru
- IHSG Akan Terus Tertekan Hingga Adanya Kebijakan Baru
- IHSG Bergerak Memerah Siang Hari Ini
Suara.com - Analis Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyebut saat ini investor tengah menunggu kebijakan fiskal yang diambil oleh Menteri Keuangan baru Purbaya Yudhi Sadewa.
Dengan pergantian Bendahara Negara itu arah kebijakan akan berubah dan saat ini tengah dalam fase ketidakpastian kebijakan.
"Saat ini, pasar menantikan pernyataan resmi dari Purbaya, khususnya terkait kebijakan fiskal dan rencana anggaran mendatang, sehingga menegaskan kontinuitas dan resiko mereda," ujarnya saat dihubungi Suara.com, Selasa (9/9/2025).
![Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/7/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/09/10506-ihsg-indeks-harga-saham-gabungan-bursa-efek-ilustrasi-bursa-ilustrasi-ihsg.jpg)
Menurut Audi, tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan terus berlanjut, jika pemerintah tidak segera cepat mengeluarkan kebijakan fiskal dari Menteri Keuangan baru.
"Reshuffle kabinet, termasuk Sri Mulyani yang digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa menunjukkan potensi resiko yang lebih nyata sampai kebiijakan baru jelas dan kredibel," jelasnya.
"Meski demikian, jika pemerintah cepat memberikan roadmap kebijakan baru yang menjaga disiplin fiskal, maka tekanan IHSG saat ini cenderung sesaat dan dapat pulih lebih cepat," sambung Audi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), menjelang penutupan sesi I berbalik arah jeblok hingga 1 persen pada Pukul 11.39 ke level 7.643.
Sedangkan, pada awal sesi perdagangan IHSG dibuka melemah pada perdagangan awal Selasa, 4 September 2025. IHSG melemah ke level 7.748.
Namun, pelemahan itu hanya sementara karena pukul 09.04 WIB langsung menghijau ke level 7.775 atau naik 0,11 persen.
Baca Juga: Menkeu Baru Langsung Dapat Tantangan, Beban Cukai Rokok Bisa Picu PHK
Pada perdagangan pada waktu itu, sebanyak 2,1 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,20 triliun, serta frekuensi sebanyak 170.400 kali.
Dalam perdagangan di waktu tersebut, sebanyak 248 saham bergerak naik, sedangkan 238 saham mengalami penurunan, dan 470 saham tidak mengalami pergerakan.