- BI proyeksikan ekonomi global melambat akibat tarif AS dan ketidakpastian tinggi.
- AS, Eropa, Tiongkok, dan Jepang mengalami perlambatan kinerja ekspor signifikan.
- Bank sentral mulai akomodatif akibat prospek ekonomi dunia yang belum kuat.
Suara.com - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan perekonomian dunia akan melambat akibat dampak penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). Selain itu, perlambatan itu karena ketidakpastian yang masih tinggi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan beberapa indikator menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi di sebagian besar negara disertai dengan disparitas pertumbuhan antarnegara.
Apalagi, pengangguran yang meningkat menjadi tantangan di seluruh dunia.

"Di AS, keyakinan pelaku ekonomi menurun seiring implementasi kebijakan tarif yang berdampak pada melemahnya konsumsi rumah tangga dan naiknya tingkat pengangguran," ujarnya dikutip dalam Youtube BI, Kamis (18/9/2025).
Perry memproyeksikan, kinerja ekonomi China juga melambat akibat menurunnya ekspor terutama ke AS sebagai dampak tarif resiprokal AS serta melemahnya permintaan domestik khususnya investasi.
"Ekonomi Eropa dan Jepang juga dalam tren menurun sejalan dengan tertekannya kinerja ekspor," katanya.
Sementara itu, ekonomi India sedikit meningkat ditopang oleh stimulus fiskal untuk mendorong konsumsi.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 masih berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sekitar 3,0%.
"Prospek ekonomi dunia yang belum kuat dan menurunnya tekanan inflasi mendorong sebagian bank sentral menempuh kebijakan moneter akomodatif, kecuali di Jepang," jelasnya.
Baca Juga: The Fed Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya Terhadap Perbankan Indonesia?
Selain itu, penurunan Fed Funds Rate (FFR) juga semakin tinggi sejalan dengan naiknya tingkat pengangguran AS. Di pasar keuangan global, yield US Treasury menurun sejalan dengan ekspektasi penurunan FFR dan mendorong pelemahan indeks mata uang dolar AS (DXY).