-
Bank-bank BUMN akan menaikkan suku bunga deposito Dolar AS (USD) menjadi 4% per tahun, berlaku mulai 5 November untuk semua saldo dan tenor hingga 12 bulan.
-
Langkah ini merupakan respons terhadap pelemahan Rupiah dan imbauan dari Menteri Keuangan agar cadangan devisa (dolar) tetap berada di dalam negeri (onshore).
-
Kebijakan ini diperkirakan akan meningkatkan biaya pendanaan (funding costs) bagi bank BUMN, terutama BNI dan Bank Mandiri yang memiliki eksposur deposito valas tinggi, namun dianggap strategis untuk menstabilkan Rupiah.
Suara.com - Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia mengambil langkah signifikan untuk memperkuat mata uang Rupiah dan menarik cadangan devisa kembali ke dalam negeri.
Mulai 5 November mendatang, bank-bank BUMN akan menaikkan suku bunga deposito mata uang Dolar AS (USD) menjadi 4% per tahun.
Keputusan ini berlaku untuk semua tingkatan saldo dan tenor deposito USD hingga 12 bulan.
Langkah ini diambil setelah adanya imbauan dari Menteri Keuangan agar dolar tetap berada di dalam negeri (onshore) di tengah pelemahan Rupiah yang berkelanjutan.
Respon Cepat Menghadapi Pelemahan Rupiah
Peningkatan suku bunga deposito USD ini merupakan respons langsung terhadap kondisi pasar mata uang.
Hingga Rabu (24/9/2025), Rupiah tercatat telah terdepresiasi sebesar 2,53% secara year-to-date dan 1,64% secara month-to-date terhadap Dolar AS.
Dengan menaikkan suku bunga, pemerintah dan bank BUMN berharap dapat memberikan insentif yang cukup menarik bagi para pemegang dolar untuk menempatkan dana mereka di dalam sistem perbankan domestik, alih-alih menyimpannya di luar negeri atau dalam bentuk lain.
Saat ini, tawaran suku bunga deposito USD di bank-bank BUMN masih bervariasi. Misalnya, BRI menawarkan kisaran 4,5% hingga 5%, BNI memiliki rata-rata campuran sekitar 4%, sementara Mandiri berada di sekitar 3% dengan tarif khusus dapat mencapai 5% hingga 5,3%.
Baca Juga: Didorong Keputusan The Fed, Harga Emas Antam Kembali Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
Keputusan untuk menetapkan tarif dasar baru 4% akan menyamaratakan penawaran minimum di seluruh bank BUMN.
Sebagai perbandingan, suku bunga deposito Rupiah masih jauh lebih rendah, dengan BRI berada di kisaran 1,25%-2,0%, dan BNI serta Mandiri di 0,75%-1,75%.
Keputusan menaikkan suku bunga deposito USD ini diperkirakan akan memberikan tekanan ke atas pada biaya pendanaan (funding costs) bank, terutama bagi bank BUMN utama yang memiliki eksposur deposito valuta asing (FX) yang lebih tinggi.
Menurut data per Juni 2025, BNI memegang pangsa terbesar deposito valuta asing, mencakup 20% dari total depositonya. Diikuti oleh Bank Mandiri sebesar 19%, BRI sebesar 15%, dan BTN sebesar 4%.
Kenaikan biaya pendanaan ini terjadi di tengah kondisi likuiditas valuta asing yang tergolong ketat. Hal ini tercermin dari tingginya rasio pinjaman terhadap deposito valuta asing (FX Loan-to-Deposit Ratio atau LDR):
Bank Mandiri berada di angka 99%.
BNI berada di angka 85%.
BRI berada di angka 65%.
Meskipun menaikkan biaya, langkah ini dianggap penting dan strategis untuk meningkatkan pasokan likuiditas dolar di dalam negeri, yang pada akhirnya diharapkan dapat membantu menstabilkan Rupiah dalam jangka panjang.
Bank BUMN diprediksi akan menyerap dampak biaya pendanaan yang lebih tinggi ini demi mendukung stabilitas makroekonomi nasional.