-
Pertamina tegaskan sedang bangun kilang, tidak benar tidak ada proyek
-
Proyek RDMP Balikpapan hampir selesai, tingkatkan kapasitas 360 ribu bph
-
Pembangunan kilang baru harus hati-hati pertimbangkan risiko oversupply migas dunia
Suara.com - PT Pertamina (Persero) merespon ucapan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menyinggung tidak membangun kilang minyak. Menurut Pertamina, anggapan itu tidak bernar.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menjelaskan saat ini perseroan tengah menjalankan proyek kilang minyak.
Misalnya, pengembangan kilang minyak katau Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.
"Kalau dibilang Pertamina nggak bangun kilang, bangun kilang. Balikpapan akan segera selesai, (kapasitas produksi) naik dari 260 ribu (barel per hari) ke 360 ribu," ujar Agung ketika ditemui di JW Marriott, Jakarta, Jumat (3/10/2025).
![Kilang Pertamina Internasional Plaju di Palembang, Sumatera Selatan [dok Pertamina]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/10/31/86457-kilang-pertamina-internasional-plaju-di-palembang-sumatera-selatan.jpg)
Dia mengungkapkan, proyek pengembangan itu telah hampir rampung dengan progres mencapai 96 persen. Biaya investasi dalam proyek tersebut mencapai USD 7,4 miliar dan akan selesai pada akhir tahun 2025 ini.
Agung menyebut, investasi pembangunan kilang butuh persiapan yang matang mulai dari investasi dan mempertimbangkan risiko ke depannya.
Menurutnya, memang kondisi industri minyak dan gas (migas) dunia dilanda kelebihan pasokan atau oversupply.
"Kondisi oversupply yang disebutkan oleh Pak Menkeu itu memang saat ini masih terjadi. Makin banyak kilang di dunia ini selesai dibangun. Dan kilang-kilang ini tentunya semakin efisien. Kilang-kilang yang semakin efisien ini biayanya makin kompetitif. Dan akibatnya kilang-kilang yang lama itu menjadi kurang kompetitif dan bisa jadi ditutup," jelas Agung.
Dengan banyaknya tantangan itu, Ia menambahkan, pembangunan kilang minyak memang harus teliti dan hati-hati. Agung mengklaim, Pertamina telah memenuhi permintaan pemerintah untuk pembangunan kilang mintyak dengan proyek di Balikpapan.
Baca Juga: Transisi Energi Bukan Sekadar Teknologi, Tapi Edukasi Generasi Muda
"Ini menunjukkan bahwa Pertamina menjalankan dorongan dari pemerintah, namun dengan penuh kehati-hatian mempertimbangkan resiko yang ada di dunia, baik resiko yang sifatnya ekonomi, juga resiko bisnis," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengeluarkan 'ancaman' terhadap PT Pertamina (Persero). Purbaya secara terbuka mengancam akan mengganti seluruh jajaran direksi perusahaan pelat merah itu jika tidak segera merealisasikan pembangunan kilang minyak baru.
Ancaman keras ini dilontarkan Purbaya sebagai respons atas kinerja Pertamina yang dinilainya sangat lamban dan menjadi biang keladi kerugian besar negara.
Ketergantungan Indonesia pada impor energi yang terus-menerus telah membuat anggaran untuk subsidi energi membengkak setiap tahunnya, membebani keuangan negara secara signifikan.
Purbaya menegaskan posisinya bukan sekadar 'tukang bayar' tagihan subsidi. Sebagai bendahara negara, ia merasa punya wewenang untuk turun tangan langsung mengawasi dan menindak tegas jika proyek strategis nasional mandek.
"Saya bukan juru bayar saja. Saya akan masuk, saya akan lihat mereka jalankan apa enggak proyek-proyek yang diusulkan. Kalau nggak kita potong uangnya juga. Saya kan pengawas, saya ganti aja dirutnya," tegas Purbaya.