Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Masih Stagnan, BSI Genjot Digitalisasi

Minggu, 05 Oktober 2025 | 16:43 WIB
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Masih Stagnan, BSI Genjot Digitalisasi
Bank Syariah Indonesia (dok. BSI)
Baca 10 detik
  • Aset perbankan syariah Indonesia tumbuh stagnan di bawah 5%, mendorong BSI fokus digitalisasi layanan.

  • BSI aktif di pasar sukuk, termasuk sukuk ESG dan wakaf linked sukuk untuk mendukung kemaslahatan umat.

  • Fokus BSI juga pada keamanan nasabah, GCG, dan adaptasi teknologi serta AI untuk layanan modern.

Suara.com - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memaparkan strategi digital BSI dalam menjawab pergeseran preferensi nasabah dalam menggarap potensi besar pasar keuangan syariah di Indonesia.

Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo mengatakan bahwa meski Indonesia saat merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, aset perbankan syariahnya malah tumbuh stagnan.

"Fenomena yang terjadi bahwa selama lebih dari 10 tahun, penetrasi market share industri perbankan syariah Indonesia relatif stagnan di bawah 5%," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (5/10/2025).

Untuk itu, Anggoro mendorong peningkatan pertumbuhan syariah ini juga didukung perubahan perilaku masyarakat yang semakin rasional.

Riset menunjukkan segmen nasabah "Universalist" dan "Rationalist", yang memilih bank syariah berdasarkan keunggulan fungsional dan manfaat produk, telah meningkat dari 46,2% pada 2014 menjadi 59,1% pada 2024.

"Pergeseran ini adalah sinyal kuat bahwa nasabah kini menuntut layanan syariah yang kompetitif dan modern. Untuk itu, penguatan digital menjadi hal dasar untuk mendorong penetrasi produk dan layanan keuangan syariah," katanya.

Dia menambahkan kondisi di Indonesia juga sejalan dengan tren global bahwa cashless sekarang ini adalah sebuah transformasi. Dan untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang memilih layanan syariah dan sejalan dengan tuntutan digital.

"Tetapi, juga menjadi kontributor terbesar kedua aset perbankan syariah di Asia-Pasifik, yakni 13%," imbuhnya.

Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo mengatakan kesiapan Bank Syariah Indonesia untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional melalui digitalisasi dan juga inovasi instrumen keuangan syariah, salah satunya sukuk.

Baca Juga: BTN Syariah Akan Berubah Jadi Bank Syariah Nasional, Layani Tabungan Emas Hingga Haji

"Bahwa BSI aktif dalam mendukung likuiditas di pasar modal syariah melalui sukuk. Selain aktif menerbitkan sukuk berkelanjutan ESG Rp8 triliun dan mendapat animo sangat baik subscribed lebih dari 100%," katanya.

BSI juga menawarkan produk-produk investasi dalam bentuk sukuk kepada investor retail baik melakui pasar primer maupun sekunder. BSI juga aktif dalam wakaf linked sukuk untuk program kemaslahatan umat.

‘’Digitalisasi adalah salah satu fokus perusahaan untuk memperluas inklusi keuangan syariah yang saat ini masih terpaut jauh dari hasil survey literasi produk dan keuangan syariah," tandasnya.

Sejalan dengan itu, BSI juga fokus pada keamanan nasabah, good corporate governance (GCG) dan terus beradaptasi terhadap dinamika teknologi IT dan kecerdasan buatan (AI) yang mendukung kemudahan dan kemajuan perbankan syariah.

"Maka itu BSI sebagai bank syariah terbesar bertransformasi menyediakan layanan digital baik untuk individu maupun institusi," jelasnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI