-
Rupiah melemah 0,19 persen, ditutup di level Rp 16.708 per dolar AS.
-
Pelemahan dipicu ketegangan ekspor teknologi AS-Tiongkok (chip Nvidia).
-
Faktor domestik: inflasi Oktober 2025 naik jadi 2,86 persen year-on-year.
Suara.com - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada sore hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar Selasa (4/11/2025) ditutup di level Rp 16.708 per dolar Amerika Serikat (AS).
Hal ini membuat rupiah terkoreksi 0,19 persen dibanding penutupan pada Senin yang berada di level Rp 16.676 per dolar AS.
Hal itu juga terjadi pada mata uang asia bergerak bervariasi terhadap dolar. Salah satunya won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ambles 0,45 persen.
Lalu, dolar Taiwan ditutup terkikis 0,12 persen, yuan China turun 0,06 persen. Disusul, dolar Hongkong melemah tipis 0,01 persen. Diikuti, baht Thailand yang turun 0,18 persen, rupee India terkerek 0,014 persen.
![Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (15/5/2025) [Suara.com/ANTARA]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/17/89899-rupiah.jpg)
Sedangkan, peso Filipina menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah ditutup melonjak 0,45 persen. Lalu ada yen Jepang yang naik 0,42 persen.
Diikuti ringgit Malaysia terangkat 0,05 persen terhadap the greenback pada sore ini.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan pelemahan rupiah disebabkan dua faktor dari global dan domestik. Salah satunya, faktor global disumbang oleh ketegangan Ekspor Teknologi AS-Tiongkok Menjadi Sorotan Setelah Presiden AS Donald Trump.
Sebab, chip Blackwell tercanggih Nvidia akan dicadangkan untuk penggunaan domestik. Trump mengatakan dalam wawancara "60 Minutes" bahwa chip AI Blackwell akan "tetap berada di AS" dan tidak akan dijual ke Chip.
Menggarisbawahi kegigihan kontrol ekspor teknologi bahkan setelah gencatan senjata perdagangan sementara dicapai minggu lalu.
Baca Juga: Inflasi YoY Oktober 2,86 Persen, Mendagri: Masih Aman & Menyenangkan Produsen maupun Konsumen
"Komentar tersebut membuat pelaku pasar kembali was-was, memicu kekhawatiran baru atas gangguan rantai pasokan dan pertumbuhan sektor teknologi China," bebernya.
Sedangkan dalam sektor internal yakni BPS melaporkan bahwa tingkat inflasi Oktober 2025 mencapai 0,28 persen secara bulanan (month to month/MtM), naik dari posisi September 2025 yang senilai 0,21 persen.
Secara tahunan Indonesia mencatatkan inflasi 2,86 persen (YoY) per Oktober 2025, naik dari September 2025 dengan inflasi 2,65 persen (YoY). Secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 2,10 persen.
Kelompok pengeluaran penyumbang terbesar atau faktor penyebab inflasi Oktober 2025 adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 3,05 persen dengan andil inflasi 0,21 persen.
Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,21 persen.
Adapun, komoditas makanan, minuman, dan tembakau tercatat inflasi 0,28 persen dan memberikan andil inflasi 0,28 persen Komoditas yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah cabe merah, dengan andil inflasi 0,60 persen.