- Data menunjukkan bahwa sekitar 65 persen masyarakat Indonesia menerima upaya penipuan setiap minggunya.
- Mayoritas terjadi melalui jaringan seluler.
- Modusnya terbagi dua: melalui jaringan seluler (telepon/SMS phising, tawaran hadiah palsu) dan melalui kanal digital yang mengatasnamakan perusahaan.
Suara.com - Ancaman penipuan online di ruang digital Indonesia berada pada level yang sangat mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 65 persen masyarakat Indonesia menerima upaya penipuan setiap minggunya, mayoritas terjadi melalui jaringan seluler.
Merespons darurat digital ini, platform TikTok menggandeng IM3 dan berbagai pihak untuk meluncurkan program edukasi #PikirDuaKali LIVE Series.
Mengangkat tema “Generasi Digital, Cerdas, Kreatif, dan Aman,” episode perdana yang tayang Sabtu (1/11/2025) ini mengajak masyarakat membangun kebiasaan digital yang cerdas dan bertanggung jawab, terutama untuk menghindarkan diri dari jerat scam.
Hodo Purwoko, VP Head of National Digital Brand Engagement Strategy IM3, membeberkan tren penipuan di sektor telekomunikasi. Modusnya terbagi dua: melalui jaringan seluler (telepon/SMS phising, tawaran hadiah palsu) dan melalui kanal digital yang mengatasnamakan perusahaan.
"Sekitar 65% masyarakat Indonesia menerima upaya penipuan setiap minggunya, dan terjadi di jaringan seluler mulai dari teks phising, tawaran kerja palsu, hingga skema penipuan investasi¹," jelas Hodo, mengutip Data Asia Scam Report 2024 dari Global Anti-Scam Alliance (GASA).
Untuk melawan serangan masif ini, Indosat Ooredoo Hutchison (induk IM3) telah mengandalkan teknologi kecerdasan buatan (AI) melalui fitur SATSPAM (Satuan Anti-Scam & Spam). Fitur ini bekerja secara otomatis untuk mendeteksi dan menandai nomor mencurigakan dengan indikator warna (merah untuk scam, kuning untuk spam, dan hijau untuk aman).
Hodo berpesan, meskipun teknologi proteksi sudah canggih, pengguna harus tetap menerapkan metode 3C: Cek, Cegah, dan Cegat dengan selalu memverifikasi akun resmi dan tautan sebelum diakses.
Senada dengan IM3, Edwin Lengkei, Senior Manager, PR and Communications TikTok Indonesia, menegaskan bahwa keamanan pengguna adalah prioritas utama. TikTok menjalankan kampanye #PikirDuaKali dan bermitra dengan Komdigi RI serta Satgas PASTI untuk memperluas literasi keamanan digital.
"TikTok tidak menoleransi dan tidak mengizinkan segala bentuk upaya manipulasi atau penipuan di platform kami," tegas Edwin.
Baca Juga: Tiga Bulan Diluncurkan, Fitur Anti-Spam dan Anti-Scam Indosat Blokir Lebih dari 200 Juta Panggilan
Untuk membuktikan komitmen tersebut, Edwin mengungkapkan bahwa sepanjang semester pertama 2025, TikTok telah menghapus lebih dari 25 juta konten, di mana 232 ribu konten di antaranya terkait penipuan. Yang patut diapresiasi, 94 persen dari konten-konten penipuan tersebut dihapus secara proaktif sebelum dilaporkan oleh pengguna.