- Kilang Balikpapan yang direvitalisasi lewat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) ditargetkan rampung dan mulai beroperasi pada pertenggaan Desember.
- Kilang Balikpapan akan memiliki kapasitas pengolahan mencapai 360.000 barel, setara dengan 25 persen dari kebutuhan BBM nasional.
- Proyek RDMP Kilang Balikpapan menelan investasi jumbo , sekitar Rp126 triliun.
Suara.com - Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur yang direvitalisasi lewat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) ditargetkan rampung dan mulai beroperasi pada pertenggaan Desember 2025. Lewat proyek RDMP, Kilang Balikpapan diproyeksikan dapat memenuhi 22 hingga 25 persen kebutuhan BBM nasional.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung pada Rabu (19/11/2025) meninjau langsung progres Kilang Balikpapan.
"Kami melakukan pengecekan terhadap fasilitas yang ada di RDMP Balikpapan, yang terdiri dari fasilitas produksi dan juga fasilitas pendukung termasuk fasilitas infrastruktur oil storage untuk 2 juta barel," kata Yuliot lewat keterangannya yang dikutip Suara.com pada Kamis (20/11/2025).
Katanya, progres pembangunan sudah hampir rampung. Pembangunan, katanya, akan selesai dalam beberapa beberapa hari ke depan.
"Jadi, untuk kesiapan secara fasilitas masih ada penyempurnaan sekitar 1-2 persen yang kita harapkan dalam beberapa hari ke depan itu bisa diselesaikan 100 persen sehingga siap untuk diresmikan. Yang 1,5 persen itu ada detail-detail pekerjaan saja," jelasnya.
Kilang Balikpapan akan memiliki kapasitas pengolahan mencapai 360.000 barel. Kapasitas ini setara dengan 25 persen dari kebutuhan BBM nasional. Peningkatan kapasitas pengolahan sekitar 100.000 barel per hari, kata Yuliot juga akan mengurangi impor sekitar 10 sampai dengan 15 persen.
Peningkatan kapasitas pengolahan ini juga menurut Yuliot akan memberikan dampak besar bagi pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
"Jadi, untuk minyak yang akan diolah dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jadi, kita mengupayakan seluruh minyak yang dihasilkan di dalam negeri akan diolah di dalam negeri. Kalau ada kekurangan kita akan impor," kata Yuliot.
Kilang Balikpapan, kata Yuliot, juga memiliki keunggulan dalam mengolah residu. Untuk fasilitas yang dibangun, termasuk pengolahan atas residu-residu yang nilai rendah, akan diolah lebih lanjut menjadi petrokimia.
Baca Juga: Bukan Kali Pertama: Kilang Minyak Dumai Kembali Terbakar
"Jadi, nanti ada produk yang dihasilkan dari residu tadi, ada propylene, ada ethylene, itu juga dibutuhkan untuk industri dalam negeri. Sebagai bahan baku, industri lanjutan yang menggunakan bahan baku ini. Selama ini untuk propylene dan ethylene, itu juga kita impor. Ini juga cukup besar, ini akan menjadi substitusi impor," ujarnya.
Yuliot mengatakan bahwa investasi Pertamina dalam proyek RDMP Balikpapan sangat besar.
"Untuk investasi yang dilakukan di sini, nilainya itu adalah 7,4 miliar dolar AS atau disetarakan dengan rupiah, itu adalah sekitar Rp126 triliun. Ini merupakan investasi yang sangat besar yang dilakukan oleh BUMN pada satu titik kegiatan," katanya.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dikelola PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui anak perusahaannya, PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), terus bertumbuh.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman mengatakan sejumlah tahapan penting telah dilalui KPI untuk memastikan proyek ini berjalan dengan baik, seperti pengoperasian awal unit utama pengolahan atau Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Complex RDMP Balikpapan, yang telah dilakukan pada 10 November 2025 lalu.
Dijelaskannya RFCC merupakan unit utama kilang untuk menghasilkan produk berstandar setara Euro V. RFCC juga akan meningkatkan efisiensi serta nilai ekonomi Kilang Balikpapan.