IMF Puji Perekonomian Indonesia, Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore

Senin, 24 November 2025 | 16:04 WIB
IMF Puji Perekonomian Indonesia, Rupiah Ditutup Menguat Senin Sore
Nilai tukar Rupiah menguat pada Senin sore (24/11/2025). Foto: Ilustrasi uang rupiah. [Antara]
Baca 10 detik
  • Rupiah menguat pada Senin (25/11/2025) ditutup di Rp16.699 berdasarkan data Bloomberg dan Rp16.709 versi Jisdor.
  • Penguatan rupiah dipicu komentar positif IMF mengenai fondasi makroekonomi Indonesia yang semakin solid dan kuat.
  • Keraguan pasar terhadap harga emas serta sinyal penurunan suku bunga The Fed turut mendukung penguatan rupiah.

Suara.com - Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren menguat pada hari ini, Senin (25/11/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 16.699 per dolar Amerika Serikat (AS) atau naik 0,10 persen dibanding penutupan pada Jumat akhir pekan kemarin.

Sedangkan, kurs rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia berada di level Rp16.709.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah antara lain dipicu oleh komentar IMF pada pekan lalu yang menilai Indonesia berada pada lintasan pertumbuhan kuat dengan fondasi makro yang semakin solid.

IMF menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi 5 sampai 5,8 persen pada 2025 dan 5 sampai 6 persen pada 2026 sebagai indikasi bahwa stabilitas Indonesia tidak hanya terjaga, tetapi terus menguat.

Kerangka kebijakan pemerintah meliputi investasi infrastruktur, penguatan industrialisasi hilir, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja juga telah membentuk basis pertumbuhan yang lebih kokoh dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, bauran kebijakan fiskal dan moneter Indonesia sebagai bentuk "rekayasa presisi" yang menjaga stabilitas makro sekaligus memperluas daya tarik investasi.

Sementara di luar negeri, keragu-raguan pelaku pasar mengenai tren harga emas selanjutnya juga membuat rupiah menguat terhadap dolar AS.

Pidato para pejabat The Fed dan kembalinya data ekonomi AS mengisyaratkan bahwa perekonomian solid, dengan pasar tenaga kerja yang tangguh tetapi harga-harga barang tetap tinggi.

Probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (Fed) pada bulan Desember melonjak menjadi sekitar 69 persen dari sekitar 44 persen seminggu sebelumnya.

Baca Juga: Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi

"Namun, sejumlah pejabat The Fed telah memperingatkan bahwa inflasi masih terlalu tinggi dan pasar tenaga kerja terlalu ketat untuk pemangkasan suku bunga pada tahap ini, sehingga hasilnya masih belum pasti," bebernya.

Rupiah bukan satu-satunya mata uang yang menguat pada awal pekan ini. Ringgit Malaysia juga terus menunjukkan keperkasaan, dengan kembali menguat 0,17 persen. Yen Jepang juga naik 0,20 persen setelah tertekan di pekan lalu.

Beberapa mata uang berada di zona merah. Salah satunya baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,31 persen, diikuti won Korea Selatan yang terkikis 0,29 persen dan peso Filipina tertekan 0,06 persen.

Yuan China juga terkoreksi 0,01 persen, dolar Singapura melemah 0,09 persen dan dolar Taiwan melemah tipis 0,07 persen.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI