Neraca Perdagangan Surplus Selama 66 Bulan Beruntun, Apa Pemicunya?

Rabu, 03 Desember 2025 | 08:47 WIB
Neraca Perdagangan Surplus Selama 66 Bulan Beruntun, Apa Pemicunya?
Aktivitas bongkar-muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (20/8/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD 35,88 miliar selama Januari–Oktober 2025, melanjutkan tren positif 66 bulan.
  • Surplus perdagangan didukung sektor nonmigas USD 51,51 miliar, meski sektor migas masih mencatat defisit USD 15,63 miliar.
  • Ekspor tumbuh mendekati tujuh persen, didorong industri pengolahan, sementara impor naik 2,19 persen didominasi barang modal.

Suara.com - Kinerja perdagangan Indonesia pada periode Januari–Oktober 2025 menunjukkan perkembangan yang bergerak stabil. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan mengalami surplus USD 35,88 miliar, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Surplus ini sekaligus memperpanjang tren positif yang telah terjadi selama 66 bulan berturut-turut sejak 2020.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, menyampaikan surplus perdagangan masih ditopang oleh kinerja nonmigas yang berada di zona positif. 

"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 66 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–Oktober 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD 51,51 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit USD 15,63 miliar,” ungkap Pudji di Jakarta, Rabu (3/12/2025).

Kinerja Ekspor

Nilai ekspor Indonesia pada periode yang sama tercatat tumbuh mendekati tujuh persen. Pertumbuhan terbesar berasal dari sektor industri pengolahan yang mencatat nilai ekspor USD187,82 miliar, atau naik 15,75 persen dibanding tahun lalu.

Aktivitas bongkar-muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (20/8/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Aktivitas bongkar-muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (20/8/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Kontribusi tersebut menempatkan industri pengolahan sebagai pendorong utama performa ekspor nasional.

Tiga negara tujuan ekspor terbesar Indonesia tetap ditempati China, Amerika Serikat, dan India. Ketiganya menyumbang 41,84 persen dari total ekspor nonmigas. Tiongkok mencatat nilai ekspor sebesar USD 52,45 miliar, Amerika Serikat US$25,56 miliar, dan India USD 15,32 miliar.

Impor Naik

Baca Juga: Kenaikan Harga Emas Mulai Rasuki Inflasi RI

Pada saat yang sama, nilai impor juga mengalami peningkatan dengan laju yang lebih lambat dibanding ekspor.

Sepanjang Januari–Oktober 2025, impor tumbuh 2,19 persen. Kenaikan terbesar tercatat pada barang modal yang umumnya digunakan untuk mendukung proses produksi.

Kenaikan impor barang modal tersebut memberi indikasi adanya pergerakan dalam aktivitas produksi industri. Barang modal yang meningkat sering menjadi sinyal bertambahnya kapasitas produksi di sektor-sektor manufaktur yang membutuhkan tambahan peralatan maupun mesin.

Kondisi ekspor yang menguat dan impor barang modal yang meningkat menunjukkan adanya keseimbangan dinamika perdagangan menjelang akhir tahun. Kedua sisi ini menggambarkan pergerakan sektor industri yang berjalan beriringan dengan permintaan dari pasar global.

Meski beberapa komoditas masih mencatat defisit, terutama dari sektor migas, struktur perdagangan Indonesia sejauh ini tetap ditopang kinerja nonmigas yang bergerak konsisten.

Situasi global yang belum stabil tidak sepenuhnya menghambat aktivitas perdagangan luar negeri dalam sepuluh bulan pertama 2025.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI