AS Incar Mineral Kritis Indonesia demi Diskon Tarif Ekspor Sawit dan Kopi

Selasa, 23 Desember 2025 | 12:28 WIB
AS Incar Mineral Kritis Indonesia demi Diskon Tarif Ekspor Sawit dan Kopi
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis negosiasi tarif dengan AS akan rampung sebelum akhir 2025. [Antara]
Baca 10 detik
  • AS minta akses mineral kritis RI sebagai syarat perjanjian dagang ART Januari 2026. 
  • Indonesia raih pengecualian tarif ekspor untuk sawit, kopi, dan teh ke pasar Amerika. 
  • Airlangga jamin perjanjian ART murni dagang dan tak batasi kebijakan domestik RI.

Suara.com - Diplomasi ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat memasuki babak krusial. Dalam rangkaian penyelesaian perjanjian Agreement on Reciprocal Tariff (ART), Pemerintah Amerika Serikat secara resmi meminta akses terhadap mineral kritis (critical mineral) Indonesia.

Isu strategis ini mencuat dalam pertemuan delegasi Indonesia dengan United States Trade Representative (USTR) di Washington DC.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa permintaan akses mineral tersebut merupakan poin substansial dalam perjanjian dagang yang ditargetkan rampung pada akhir Januari 2026. Penandatanganan perjanjian ini rencananya akan dilakukan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump.

“Amerika sangat berharap untuk mendapatkan akses terhadap critical mineral,” ujar Airlangga dalam konferensi pers daring, Selasa (23/12/2025).

Sebagai timbal balik dari akses mineral tersebut, Indonesia berhasil mengamankan kepentingan ekspor nasional. AS sepakat memberikan pengecualian tarif bagi sejumlah produk unggulan Indonesia yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi.

“Salah satu tentu AS memberikan pengecualian kepada tarif produk unggulan kita seperti minyak sawit, kopi, dan teh,” ungkap Airlangga.

Kesepakatan ini merupakan angin segar bagi eksportir nasional. Sebagai catatan, melalui skema ART ini, tarif ekspor Indonesia ke AS secara umum diturunkan signifikan dari 32 persen menjadi 19 persen, ditambah pengecualian khusus untuk komoditas strategis tersebut.

Airlangga menegaskan bahwa meskipun AS mendapatkan akses mineral, perjanjian ini tidak akan membelenggu kebijakan domestik Indonesia, termasuk aturan hilirisasi yang sedang digalakkan pemerintah. Ia menjamin bahwa kesepakatan ini murni bersifat komersial dan tidak menyentuh ranah politik.

“Tidak ada kebijakan di Indonesia yang dibatasi oleh perjanjian ini. Ini murni agreement on reciprocal trade,” tegasnya.

Baca Juga: Airlangga: Kesepakatan Tarif AS Hampir Rampung, PrabowoTrump Bakal Teken Perjanjian

Saat ini, seluruh substansi isu teknis telah disepakati oleh kedua belah pihak. Tahap selanjutnya adalah legal drafting dan harmonisasi bahasa perjanjian yang dijadwalkan selesai pada pekan kedua Januari 2026.

“Tentatif waktunya antara tanggal 12 sampai dengan 19 Januari, ditargetkan selesai dalam satu minggu. Tidak ada lagi faktor yang bisa menghambat penandatanganan ART ini,” pungkas Airlangga.

Kesepakatan ini diharapkan menjadi tonggak baru hubungan dagang Indonesia-AS yang lebih seimbang, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global industri teknologi dan energi hijau melalui kekayaan mineral kritisnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI