Fenomena Discouraged Workers: Mengapa Jutaan Warga RI Menyerah Cari Kerja?

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38 WIB
Fenomena Discouraged Workers: Mengapa Jutaan Warga RI Menyerah Cari Kerja?
Fenomena discouraged workers sedang terjadi di Indonesia dan jumlahnya terus meningkat. Apa yang salah? [Suara.com/Aldie]
Baca 10 detik
  • Data BRIN 2024 menunjukkan 2,7 juta orang menjadi discouraged workers karena kegagalan mencari pekerjaan formal.
  • Struktur ekonomi nasional mengalami permasalahan yang menyebabkan serapan tenaga kerja formal belum optimal dan merata.
  • Pemerintah fokus pada peningkatan kualitas SDM melalui vokasi dan reskilling untuk mengatasi kesenjangan pasar kerja.

Suara.com - Di balik angka statistik pengangguran yang terlihat menurun, muncul fenomena gunung es yang mengkhawatirkan di mana saat ini jutaan orang di Indonesia masuk ke dalam kategori "putus asa mencari kerja".

Mereka bukan lagi pengangguran aktif, melainkan kelompok yang menyerah karena merasa tidak ada lowongan yang cocok atau selalu menemui kegagalan. Kelompok bahkan punya julukan sendiri: discouraged workers.

Apa yang Terjadi?

Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta data sekunder yang berkembang di akhir 2025, fenomena ini disebut sebagai discouraged workers.

Dari data BRIN menunjukkan bahwa jumlah orang yang putus asa mencari kerja meningkat drastis pada 2024 yang mencapai 2,7 juta orang. Jumlah tersebut naik dibandingkan 2019 sebanyak 883.000 orang.

Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan (PR EMK) BRIN, Zamroni Salim menjelaskan, sebagian besar orang yang putus asa merupakan lulusan SD dengan persentase 37,97 persen. Kemudian lulusan SMA berada di posisi kedua dengan persentase 24,86 persen dan lulusan SMP 20,72 persen.

"Ada sejumlah angkatan kerja yang putus asa. Jadi, putus asa mencari pekerjaan," kata Zamroni dalam Seminar Economic Outlook 2026 di Kantor BRIN, Jakarta, Jumat (19/12/2025).

Jika dahulu kelompok yang pupus mencari kerja adalah lulusan SD, SMP, SMA, kini kondisi itu meluas hingga kelompok dengan lulusan yang lebih tinggi yakni diploma hingga sarjana.

Fenomena ini paling tajam terjadi pada generasi muda. Banyak lulusan baru (S1 dan Diploma) yang akhirnya terjebak dalam status Not in Education, Employment, or Training (NEET).

Baca Juga: Apindo Nilai Janji 19 Juta Lapangan Kerja dari Prabowo Tidak Realistis

Fenomena discouraged workers sedang terjadi di Indonesia dan jumlahnya terus meningkat. Apa yang salah? [Suara.com/Syahda]
Fenomena discouraged workers sedang terjadi di Indonesia dan jumlahnya terus meningkat. Apa yang salah? [Suara.com/Syahda]

Mengapa Ini Bisa Terjadi?

Menurut Zamroni, kondisi ini karana adanya permasalahan struktural dalam perekonomian nasional sehingga tidak bisa menyerap angkatan kerja. Ia juga menyoroti para pencari kerja yang justru terserap ke sektor informal yang rentan karena tidak dilindungi jaminan sosial.

Disisi lain data dari Badan Pusat Statistik (BPS) justru menggambarkan situasi yang berbeda dimana jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2025 mencapai 7,46 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus sebesar 4,85 persen. Angka ini mengalami penurunan 0,06 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2024.

TPT sendiri merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja. Angka ini juga menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.

“Angka ini lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud pada awal November 2025.

Meskipun jumlah pengangguran turun dibanding tahun lalu, BPS mencatat kenaikan proporsi pekerja di sektor informal (seperti ojek online atau pedagang eceran) yang kini mendominasi hampir 60 persen dari total penduduk bekerja.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI