Suara.com - Posisi pelatih Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg, saat ini berada dalam sorotan tajam. Turnamen Piala AFF U-23 2025 yang akan digelar di Indonesia bukan sekadar ajang regional biasa, melainkan menjadi tolok ukur masa depan sang pelatih.
Gerald Vanenburg, yang sebelumnya dikenal sebagai legenda sepak bola Belanda, diprediksi menghadapi tekanan besar untuk mempersembahkan gelar juara bagi Garuda Muda di hadapan publik sendiri.
Turnamen yang dijadwalkan berlangsung dari tanggal 14 hingga 31 Juli 2025 ini menjadi momentum penting bagi perkembangan sepak bola usia muda Indonesia.
![Gerald Vanenburg Nikmati Kerjasama dengan Eks Tangan Kanan Shin Tae-yong [Instagram Gerald Vanenburg]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/06/47083-gerald-vanenburg.jpg)
Menurut Media Vietnam, The Thao 247, status sebagai tuan rumah bukan hanya membawa kebanggaan, tetapi juga beban ekspektasi besar. PSSI pun telah menetapkan target ambisius: juara di kandang sendiri.
Target itu menjadi tantangan serius bagi Gerald Vanenburg, terutama mengingat kualitas lawan yang akan dihadapi di turnamen nanti.
Salah satu lawan paling tangguh tentu saja adalah Vietnam, yang tampil sebagai juara bertahan dalam dua edisi terakhir Piala AFF U-23.
Tim berjuluk "The Golden Star Warriors" ini datang dengan ambisi mempertahankan supremasi regional, dan diyakini akan menjadi batu sandungan utama bagi Garuda Muda dalam mengejar gelar juara.
Vietnam bukan hanya unggul secara teknis, tetapi juga memiliki pengalaman panjang di turnamen usia muda ASEAN.
Menjelang turnamen tersebut, Gerald Vanenburg mulai melakukan persiapan serius. Salah satunya adalah dengan membangun komposisi skuad yang lebih kuat, termasuk memantau dan menjalin komunikasi dengan pemain keturunan seperti Jens Raven.
Baca Juga: Selamat Tinggal 5 Pemain Abroad Timnas Indonesia, Mulai Sering Hangatkan Bangku Cadangan

Langkah ini mencerminkan upaya Gerald Vanenburg untuk memperkaya taktik serta meningkatkan kualitas individu pemain di setiap lini.
Namun, di balik persiapan tersebut, kabar kurang mengenakkan turut mencuat. The Thao247 juga melaporkan bahwa masa depan Vanenburg akan sangat bergantung pada hasil yang diraih di turnamen ini.
Bila Timnas Indonesia U-23 gagal mencapai target, bukan tidak mungkin kontrak Vanenburg sebagai pelatih kepala tidak akan diperpanjang oleh PSSI.
Evaluasi performa secara menyeluruh disebut akan dilakukan usai turnamen, yang bisa saja berujung pada pemutusan hubungan kerja.
"Menurut beberapa sumber, masa depan Vanenburg di Timnas U-23 sangat ditentukan oleh hasil di Piala AFF U-23 2025 ini. Penampilan tim akan menjadi bahan evaluasi PSSI untuk menentukan apakah Vanenburg layak melanjutkan kontraknya sebagai pelatih kepala (Timnas U-23),” terang The Thao 247, dikutip Jumat (2/5/2025).
Turnamen ini pun diprediksi menjadi ajang yang penuh tekanan, terutama bagi pelatih kepala.
Tak hanya harus membentuk tim yang solid, Gerald Vanenburg juga dituntut untuk menjaga stabilitas mental pemain muda di bawah tekanan publik dan harapan besar bangsa.
![Gerald Vanenburg (kanan) asisten baru Timnas Indonesia dan pelatih Timnas Indonesia U-23 [Instagram Gerald Vanenburg]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/25/84897-gerald-vanenburg.jpg)
Sebagai bentuk kesiapan penyelenggaraan, PSSI telah menetapkan dua stadion sebagai lokasi pertandingan.
Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Jakarta dan Stadion Patriot Candrabhaga di Bekasi akan menjadi saksi perjuangan Garuda Muda di Piala AFF U-23 2025.
Dua venue ini dinilai representatif, baik dari sisi infrastruktur maupun kapasitas penonton, untuk mengakomodasi skala turnamen dan animo suporter nasional.
Sementara itu, undian atau drawing pembagian grup dijadwalkan berlangsung pada 30 Mei 2025 di Jakarta. Proses drawing ini akan menentukan siapa saja lawan-lawan yang akan dihadapi Indonesia di fase grup.
Dengan potensi pertemuan melawan tim-tim kuat seperti Vietnam dan Thailand sejak awal, langkah Garuda Muda diprediksi tak akan mudah.
Piala AFF U-23 telah menjadi salah satu turnamen penting dalam kalender sepak bola Asia Tenggara, terutama sebagai panggung pembuktian pemain muda sebelum menembus level senior.
Keberhasilan meraih gelar tidak hanya akan memberikan kebanggaan bagi tim nasional, tetapi juga menjadi sinyal positif bagi pembinaan sepak bola usia muda Indonesia secara keseluruhan.
Bagi Gerald Vanenburg, turnamen ini akan menjadi ujian terbesar selama karier kepelatihannya di Indonesia. Gagal mengantarkan Indonesia berjaya bisa berarti akhir dari masa baktinya bersama Garuda Muda. Namun, jika ia berhasil membawa pulang trofi, namanya akan tercatat dalam sejarah sebagai pelatih yang mampu menjawab tekanan dengan prestasi.