Suara.com - Proses penunjukan lokasi pertandingan ronde 4 kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia kembali menuai sorotan. Salah satu negara peserta, Irak, menyampaikan protes keras terkait transparansi mekanisme penunjukan tuan rumah.
Kritik ini bukan sekadar keluhan, namun mencerminkan keresahan yang lebih luas akan pentingnya netralitas dalam laga yang menjadi penentu nasib negara-negara peserta menuju panggung tertinggi sepak bola dunia.
Ronde 4 kualifikasi Piala Dunia 2024 ini mempertemukan tim-tim peringkat ketiga dan keempat dari putaran sebelumnya dalam dua grup yang berkompetisi sengit demi satu tempat ke Piala Dunia.
![Ole Romeny Cs Dibantai Jepang, Pundit Asing Sindir Politik di Sepak Bola Indonesia [Instagram Ole Romeny]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/11/22976-timnas-indonesia.jpg)
Dalam konteks ini, pemilihan lokasi laga menjadi isu strategis, terlebih dengan pertimbangan geopolitik di kawasan Asia yang tak bisa dianggap sepele.
Urgensi Penunjukan Lokasi Netral untuk Menghindari Konflik Kepentingan
Isu netralitas bukanlah perkara remeh. Lokasi pertandingan dapat memberi keuntungan terselubung bagi negara tertentu, baik dari sisi iklim, dukungan penonton, hingga tekanan non-teknis lainnya.
Oleh karena itu, sejumlah negara yang tidak terlibat langsung dalam putaran keempat namun memiliki kapabilitas memadai mulai dilirik sebagai kandidat tuan rumah netral.
![Usai dibantai Timnas Jepang pada putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia diminta untuk mengambil hikmah atas pertandingan tandang di Stadion Panasonic Suita, Osaka, Jepang. [the-afc.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/11/41905-skuat-timnas-indonesia.jpg)
Setidaknya ada tiga negara yang dianggap mampu menjawab tantangan ini, yakni China, Australia, dan Uzbekistan.
Ketiganya menawarkan kombinasi kesiapan infrastruktur, stabilitas politik, serta posisi geografis yang strategis.
Baca Juga: Resmi Timnas Indonesia di Pot 3, Daftar Calon Lawan Kuat di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
China: Siap Fasilitas, Netral Secara Kompetisi
China dinilai sebagai kandidat utama untuk menjadi lokasi netral. Meski tim nasionalnya sudah tidak berlaga di fase ini, hal itu justru memperkuat posisi netral mereka.
Negara ini memiliki fasilitas olahraga berstandar FIFA, mulai dari stadion, akomodasi, sistem transportasi canggih, hingga konektivitas udara lewat bandara internasional.
Selain itu, China telah berkali-kali menjadi tuan rumah berbagai ajang olahraga skala dunia, yang membuktikan kematangan teknis dan manajerial dalam menyelenggarakan kompetisi besar.
Australia: Infrastruktur Kuat dan Dukungan Internasional Tinggi
Sebagai negara yang berada di bawah payung AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia), Australia memiliki reputasi yang positif dalam menggelar turnamen internasional.
Infrastruktur stadion kelas dunia dan situasi keamanan yang sangat stabil membuatnya menjadi opsi yang minim konflik.
Letaknya yang relatif mudah dijangkau dari Asia Tenggara dan Asia Timur juga menjadi nilai tambah, terutama untuk efisiensi logistik tim dan ofisial yang terlibat.
Uzbekistan: Lokasi Strategis di Tengah Asia dan Iklim Stabil
Meskipun kapasitas infrastruktur Uzbekistan tak sebesar dua kandidat lainnya, negara ini tetap menjadi pilihan yang masuk akal.
Uzbekistan punya rekam jejak positif sebagai tuan rumah kompetisi regional AFC. Selain itu, suhu rata-rata yang berkisar 29 derajat celcius cukup bersahabat bagi tim-tim dari berbagai zona iklim Asia.
Letak geografisnya yang berada di tengah Asia menjadikan Uzbekistan sebagai titik temu yang adil bagi peserta dari Asia Timur dan Barat.
Tuntutan Transparansi Meningkat, AFC dan FIFA Dituntut Bertindak Tegas
Sampai saat ini, belum ada pengumuman resmi dari AFC maupun FIFA mengenai negara mana yang akan menjadi tuan rumah pertandingan krusial ini.
Federasi Sepak Bola Irak secara formal telah mengajukan permintaan kepada AFC dan FIFA agar membuka proses bidding secara terbuka.
Harapannya, langkah ini akan menghasilkan keputusan yang lebih transparan dan dapat diterima oleh semua pihak.
Jika proses bidding ini benar-benar dibuka, maka peluang China, Australia, dan Uzbekistan untuk menjadi tuan rumah akan semakin terbuka lebar.
Ketiganya sudah memiliki fondasi yang kuat untuk menyelenggarakan pertandingan secara adil dan bebas dari tekanan politik atau konflik regional.
Menjelang Drawing dan Jadwal Pertandingan: Waktu Terus Berjalan
Drawing grup untuk fase ini dijadwalkan pada 17 Juli 2025, sementara pertandingan akan dimulai pada 8 Oktober 2025.
Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, ketegasan dari AFC dan FIFA sangat dibutuhkan demi menjamin integritas kompetisi.
Putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia bukan sekadar adu taktik antar negara, melainkan juga refleksi dari kemampuan dunia sepak bola dalam menjaga prinsip sportivitas, netralitas, dan keadilan.
Dalam skenario ideal, pemilihan tuan rumah harus didasarkan pada asas profesionalisme dan keterbukaan, bukan sekadar pertimbangan politik.
Melihat kompleksitas situasi ini, ketiga negara yang disebutkan sebelumnya—China, Australia, dan Uzbekistan—menjadi kandidat paling rasional yang dapat menjembatani kepentingan seluruh peserta secara adil.
Keputusan akhir nanti akan menjadi cerminan bagaimana sepak bola Asia menjaga integritas dalam setiap fase menuju pentas global.