Suara.com - Kondisi geopolitik yang memanas di kawasan Timur Tengah, khususnya akibat ketegangan antara Iran dan Israel, kini menimbulkan kekhawatiran terhadap kelangsungan Ronde Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Qatar, yang ditunjuk sebagai salah satu tuan rumah bersama Arab Saudi, berada dalam sorotan setelah menjadi target serangan rudal Iran.
Bila situasi ini berujung pada pembatalan Qatar sebagai tuan rumah, maka Timnas Indonesia dipastikan menjadi salah satu tim yang paling dirugikan.
Sebagai informasi, Qatar bukan sekadar tuan rumah dalam kualifikasi ini, tetapi juga negara yang membawa kenangan manis bagi skuad Garuda.

Dalam dua ajang besar yang berlangsung di Qatar—Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-23 2024—Timnas senior dan U-23 sama-sama mencetak sejarah.
Pada Piala Asia 2023, Timnas Indonesia berhasil meraih kemenangan berharga atas Vietnam 1-0 dan lolos ke babak 16 besar untuk pertama kalinya sepanjang sejarah keikutsertaan mereka.
Meski kalah dari Irak dan Jepang, posisi ketiga terbaik cukup untuk mengantar anak asuh Shin Tae-yong melangkah ke fase gugur, sebelum akhirnya takluk dari Australia.
Kinerja impresif ini tidak berhenti di tim senior. Garuda Muda juga mencetak prestasi luar biasa di Piala Asia U-23 2024 yang juga dihelat di Qatar.
Meski kalah dari Qatar pada laga perdana, skuad muda Indonesia bangkit dan meraih kemenangan atas Australia dan Yordania untuk memastikan tempat di perempat final.
Baca Juga: Dulu Bantai Timnas Indonesia, Bek Jepang Kota Takai Kini Diincar Tottenham

Di babak delapan besar, mereka menyingkirkan Korea Selatan lewat adu penalti menegangkan dengan skor 11-10, setelah imbang 2-2 dalam 120 menit.
Sayangnya, langkah mereka menuju Olimpiade Paris 2024 terhenti setelah kalah dari Uzbekistan di semifinal dan Irak di laga perebutan tempat ketiga.
Meski begitu, pencapaian Garuda Muda sebagai debutan tetap mendapat pengakuan luas sebagai bukti kebangkitan sepak bola Indonesia di level Asia.
Pengalaman luar biasa ini menjadikan Qatar sebagai lokasi strategis yang sudah sangat dikenali oleh para pemain Indonesia, baik dari sisi atmosfer stadion, kualitas lapangan, maupun dukungan diaspora.
Kenyamanan ini akan menjadi modal besar dalam mengarungi ronde keempat yang akan berlangsung pada 8–14 Oktober 2025 mendatang.
Namun, ancaman datang dari luar lapangan. Pada pertengahan Juni 2025, pangkalan militer AS di Al Udeid, Qatar, diserang oleh rudal Iran sebagai balasan atas serangan AS ke fasilitas nuklir mereka.
Serangan tersebut terjadi hanya sekitar 25 menit dari Stadion Internasional Khalifa dan Stadion Al-Rayyan—dua venue penting yang digunakan dalam ajang sepak bola internasional, termasuk kualifikasi Piala Dunia 2026.
Operasi militer Iran yang dinamai "Bashayer Al-Fath" diklaim sebagai aksi balasan atas intervensi AS, dan menjadi peringatan serius bagi stabilitas kawasan.
Media Iran melaporkan bahwa jumlah rudal yang diluncurkan setara dengan jumlah bom yang digunakan AS saat menyerang fasilitas nuklir Iran.
Meski Kementerian Pertahanan Qatar menyatakan serangan tersebut berhasil dicegat dan tidak menimbulkan korban jiwa, situasi ini tetap menimbulkan tekanan besar terhadap rencana pelaksanaan Ronde Keempat Kualifikasi di negara tersebut.
Kekhawatiran akan keamanan pun mulai menyebar, bahkan sebelum konflik ini memuncak.
Sebelumnya, Oman, Irak, dan Uni Emirat Arab telah mendesak agar pertandingan ronde keempat tidak digelar di negara peserta, melainkan di lokasi netral.
Namun, AFC tetap menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah, memicu kritik dan spekulasi soal keberpihakan.
Kondisi ini menciptakan skenario genting bagi Timnas Indonesia. Bila AFC memutuskan membatalkan Qatar sebagai tuan rumah karena alasan keamanan, maka Indonesia akan kehilangan tempat yang telah terbukti memberikan banyak momen positif.
Tak hanya dari sisi teknis dan adaptasi lapangan, tetapi juga dari segi psikologis, karena Qatar sudah menjadi bagian penting dari narasi kebangkitan sepak bola Indonesia.
Lebih dari itu, pembatalan ini juga akan menghapus keuntungan logistik dan aklimatisasi yang sudah dirasakan pemain-pemain Garuda.
Mereka kini telah terbiasa dengan suhu, iklim, dan kondisi stadion di Qatar, sehingga perubahan lokasi akan menuntut adaptasi ulang dalam waktu singkat.
Dengan status sebagai satu-satunya tim non-Timur Tengah di grup, Indonesia sesungguhnya menghadapi tantangan besar.
Maka dari itu, keberadaan Qatar sebagai tuan rumah yang ‘netral’ dari sudut pandang rivalitas kawasan menjadi faktor pendukung yang sangat krusial.
Jika situasi geopolitik tak segera mereda dan AFC akhirnya memindahkan venue, maka Timnas Indonesia bukan hanya kehilangan kenyamanan, tetapi juga peluang untuk melanjutkan momentum kebangkitan di tempat yang selama ini terasa seperti rumah kedua.
Kontributor : Imadudin Robani Adam