Suara.com - Demi kembali patuh pada aturan finansial 1:1 milik La Liga, FC Barcelona terus bergerak cepat mencari pemasukan tambahan, terutama untuk bisa mendaftarkan pemain anyar pada musim 2025/2026.
Salah satu langkah penting yang segera terealisasi adalah kesepakatan sponsor dengan dewan pariwisata Republik Demokratik Kongo.
Menurut laporan dari Mundo Deportivo, kesepakatan antara Barcelona dan negara termiskin di dunia kini memasuki tahap akhir.
Jika rampung, kerja sama ini akan bernilai €11 juta per musim atau total €44 juta selama empat tahun.

Jika dikonversi ke nilai rupiah, selama 4 tahun Barcelona akan mendapat duit sebesar Rp770 miliar dari Kongo.
Sebagai bagian dari kerja sama ini, nama “DR Congo” akan terpampang di bagian belakang jersey latihan resmi Barcelona.
Menariknya, ini bukan pertama kalinya DR Kongo menyepakati sponsor dengan klub Eropa, setelah sebelumnya juga menjalin kerja sama serupa dengan AS Monaco—klub yang kini diperkuat oleh Ansu Fati.
Langkah ini menandai strategi baru Barca untuk mengeksplorasi jalur pemasukan non-tradisional lewat sponsor negara.
Jika kesepakatan ini benar-benar disahkan dalam beberapa hari ke depan, maka suntikan dana segar ini bisa membantu Barcelona memenuhi persyaratan untuk kembali ke aturan 1:1, yang memungkinkan mereka mengeluarkan dana sesuai pendapatan tanpa hambatan regulasi dari La Liga.
Baca Juga: Siapa Sheila Ebana? Eks Pelayan McD yang Jadi Benteng Terakhir Lamine Yamal
Meski kesepakatan sponsor ini jadi kabar baik, Barcelona masih belum aman sepenuhnya.
Klub asal Catalunya itu tetap perlu menjual beberapa pemain untuk menyeimbangkan neraca keuangan.
Beberapa nama seperti Marc-André ter Stegen, Andreas Christensen, hingga Pau Victor disebut-sebut masuk daftar jual.
Kelaparan Akut di Negara Republik Demokratik Kongo
Republik Demokratik Kongo (DRC) dianggap sebagai salah satu negara termiskin di dunia, meskipun memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
Meskipun menjadi negara terbesar kedua di Afrika , dengan luas wilayah sekitar 2,3 juta kilometer persegi (890.000 mil persegi), dan diberkahi dengan sumber daya alam yang kaya, DRC adalah negara termiskin kedua di dunia.
Mengutip dari laporan BBC, cadangan mineral dan hasil tambang yang tumpah ruah, menjadikan Republik Demokratik Kongo menjadi salah satu negara dengan potensi kekayaan terbesar di dunia.
Namun kenyataannya, masyarakatnya sangat miskin, bahkan dilanda kelaparan akut.
![Miris! Warganya Dilanda Kelaparan Akut, Negara Ini Kucurkan Rp770 M untuk Barcelona [Dok PBB]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/16/25593-warga-kongo.jpg)
Di sana, jutaan orang menghadapi kelaparan akut, dengan lebih dari 27 juta orang mengalami kerawanan pangan.
Situasi ini diperparah oleh konflik yang sedang berlangsung, pengungsian massal, dan kenaikan harga pangan.
Dikutip dari laporan UN pada Maret 2025, rekor 27,7 juta orang dilanda kelaparan akut di Kongo.
Dalam skala satu sampai lima – di mana lima mengindikasikan kelaparan – 3,9 juta orang di DRC diklasifikasikan sebagai IPC Fase 4, yang menunjukkan tingkat kelaparan “darurat” – dan 23,8 juta orang mengalami tingkat “krisis” Fase 3.
Situasin paling buruk di provinsi-provinsi timur DRC yang terkena dampak konflik – Kivu Utara, Kivu Selatan, Ituri dan Tanganyika – di mana banyak keluarga kehilangan akses terhadap ternak dan mata pencaharian mereka.
Pemberontak dari kelompok bersenjata M23 yang didukung Rwanda telah merebut kendali kota utama Goma dan Bukavu sejak tahun dimulai.
Di tengah pertempuran yang berkelanjutan, keruntuhan ekonomi, dan upaya berkelanjutan oleh mediator regional untuk menyetujui persyaratan gencatan senjata.