Tuntutan Greenpeace pun jelas, dengan meminta pemerintah mengambil sikap untuk mencegah kerusakan alam lebih parah di Raja Ampat.
"Pemerintah harus bertanggung jawab atas kehancuran alam yang semakin hari semakin marak terjadi," tegas Greenpeace.
Unggahan Greenpeace pun viral, dan membuat banyak pihak ikut bersuara tentang kerusakan alam Raja Ampat imbas pertambangan nikel.
Sebelum Ernest Prakasa ikut bersuara, beberapa artis sudah lebih dulu melayangkan kritik atas praktek pertambangan nikel di Raja Ampat.
Darius Sinathrya jadi salah satu contoh artis yang mengkritik keras praktek pertambangan nikel yang berdampak kerusakan alam di Raja Ampat.
Kemarahan Darius Sinathrya tergambar jelas lewat sebuah tulisan di akun X pribadinya, Kamis, 5 Juni 2025.
"Dikeruk sampai habis, yang tersisa gunungan utang," cibir Darius, seraya membubuhkan emoji tersenyum tipis.

Ada juga Denny Sumargo, yang menggambarkan bagaimana tanah Papua sudah kelewat dieksploitasi oleh para pengampu kepentingan, dan harus diselamatkan.
"Saya memohon dengan sangat kepada pak Prabowo, mewakilkan diri saya dan aspirasi masyarakat Papua. Tolong ditinjau kembali kebijakan untuk pengolahan nikel di Papua. Tolong sekali, pak. Buat saya, tanah Papua bukan ladang untuk eksploitasi, tapi tanah kehidupan," jelas lelaki yang biasa disapa Densu di Instagram.
Baca Juga: Tidak Ada Unsur Pidana, Aktivis Greenpeace yang Berorasi Save Raja Ampat Telah Dibebaskan
Bukan tanpa alasan, Denny Sumargo ikut bersuara karena merasa punya ikatan batin kuat dengan tanah Papua.
"Jiwa saya pernah tinggal di sana, makan di sana dan menangis di sana, Raja Ampat. Papua salah satu tempat saya dibentuk menjadi seperti sekarang," kisah Densu.