Legenda Tenis Yayuk Basuki Sentil Timnas Usai Dibantai Jepang: Jangan Anak Tirikan Cabor Lain

Sumarni Suara.Com
Kamis, 12 Juni 2025 | 10:48 WIB
Legenda Tenis Yayuk Basuki Sentil Timnas Usai Dibantai Jepang: Jangan Anak Tirikan Cabor Lain
Legenda Tenis Yayuk Basuki Sentil Timnas Usai Dibantai Jepang. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kekalahan telak Timnas Indonesia dari Jepang dengan skor 6-0 menyulut beragam komentar sinis, salah satunya dari legenda tenis Yayuk Basuki.

Sebagaimana diketahui, Skuad Garuda harus menelan pil pahit setelah dibantai Jepang pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia pada Selasa, 10 Juni 2025.

Di tengah ramainya komentar publik, muncul suara Yayuk Basuki yang menyoroti fenomena ini dengan sudut pandang yang berbeda.

Menurutnya, kekalahan ini adalah pengingat bagi semua pihak untuk tidak menganakemaskan satu cabang olahraga (cabor) saja.

Selama ini, sepak bola selalu diutamakan, sementara cabor lain seolah menjadi anak tiri.

Yayuk menyampaikan pendapatnya melalui unggahan di akun Facebook miliknya.

"Ya itu sebagai pengingat untuk semua. Gusti Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan. Makanya jangan anak tirikan cabor lain," tulis mantan petenis nasional itu.

Komentar Yayuk langsung memicu gelombang reaksi dari netizen.

Banyak yang mendukung pernyataannya dan menyuarakan keresahan serupa terhadap perhatian pemerintah yang dinilai terlalu terpusat pada sepak bola.

Baca Juga: Kalah Telak dari Jepang, Jay Idzes Unggah Permintaan Maaf ke Suporter Timnas

Tak sedikit pula yang mengingatkan bahwa olahraga di Indonesia jauh lebih luas dan berprestasi dari sekadar sepak bola.

"Tenis, wushu, renang, catur, angkat besi, atletik dll nggak bisa jadi tunggangan politik, Mbak. Mau gimana lagi, pemerintah melihatnya seperti itu," tulis seorang netizen.

"Mbak yayuk sampai speak up. Please berubah woy @KEMENPORA_RI Olahraga bukan cuma sepakbola @prabowo," tambah netizen lain.

Ada pula mengingatkan betapa besarnya kontribusi Yayuk dalam dunia olahraga Indonesia.

"Yayuk Basuki ini btw pernah masuk perempat final Wimbledon tahun 1997. Prestasi yang belum bisa dipecahkan dan bahkan disamai oleh petenis putri Indonesia lainnya. What a legend," ujar netizen.

"Wah legend sampe ikut komentar, yang ndak tahu beliau siapa, beliau merupakan atlet tenis legend di Indonesia," ungkap netizen.

Kekalahan Timnas ini memang menjadi bahan perdebatan panas di media sosial, dengan beberapa tokoh publik ikut berkomentar.

Hanya beberapa hari sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memberikan hadiah jam tangan Rolex kepada para pemain Timnas usai berhasil mengalahkan China.

Hadiah tersebut memicu spekulasi dan sindiran publik, terutama di media sosial.

Banyak netizen yang menyindir bahwa para pemain "keberatan membawa Rolex" di lapangan.

Tidak sedikit pula yang mempertanyakan sumber dana pemberian hadiah mewah tersebut.

Timnas Indonesia Dihujani Sindiran soal Rolex. [Instagram]
Timnas Indonesia Dihujani Sindiran soal Rolex. [Instagram]

Namun, Istana segera mengklarifikasi bahwa hadiah jam tangan Rolex diberikan oleh Presiden Prabowo menggunakan dana pribadi, bukan dari anggaran negara.

Sebagai atlet tenis, Yayuk Basuki pernah menembus peringkat 19 dunia dalam tunggal WTA dan peringkat 9 dunia di sektor ganda.

Yayuk tidak hanya dikenal sebagai atlet berprestasi, tetapi juga sebagai tokoh yang vokal terhadap isu-isu olahraga dan pembinaan atlet di Tanah Air.

Tak heran jika dia menggunakan suaranya untuk menyoroti ketimpangan perhatian dan pembinaan olahraga nasional.

Lahir di Yogyakarta pada 30 November 1970, Yayuk Basuki merupakan salah satu ikon olahraga Indonesia.

Karier cemerlangnya mencakup pencapaian hingga perempat final Wimbledon 1997, pencapaian yang belum bisa disamai petenis putri Indonesia lainnya.

Di level regional, dia meraih banyak medali emas di SEA Games dan Asian Games.

Yayuk juga menjadi tulang punggung Indonesia dalam kompetisi Federation Cup (sekarang Billie Jean King Cup).

Suara Yayuk Basuki menjadi pengingat bahwa dalam dunia olahraga, keadilan dan proporsionalitas sangatlah penting.

Tanpa itu, prestasi hanya akan datang dari keberuntungan sesaat, bukan dari sistem yang sehat dan berkelanjutan.

Kontributor : Chusnul Chotimah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI