Suara.com - Film terbaru Mesari Pictures & JP Pictures, Narik Sukmo, menggelar Press Screening dan Conference pada hari ini (24/6/2025) di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan.
Acara ini menjadi pemutaran perdana film Narik Sukmo bersama para rekan rekan media dan mendapatkan antusias yang sangat baik. Acara Press Screening and Conference ini dihadiri oleh Sutradara, Penulis Novel, Penulis Skenario, dan Produser Narik Sukmo, juga dihadiri oleh pemain film Narik Sukmo seperti Febby Rastanty, Aliando Syarief, Dea Annisa, Teuku Rifnu Wikana, Kinaryosih, Nugie, Mariam Supraba, Elly Luthan dan Yama Carlos. Film Narik Sukmo akan tayang secara reguler di bioskop mulai 3 Juli 2025.
Cerita film Narik Sukmo yang merupakan adaptasi dari novel karya Dewie Sofia berpusat pada karakter seorang mahasiswi bernama Kenar (yang diperankan oleh Febby Rastanty). Kecintaannya pada dunia tari sejak kecil pudar setelah kekasihnya selingkuh dengan mantan sahabatnya yang juga seorang penari. Untuk menghibur Kenar, Ayu (diperankan Dea Annisa) mengajak teman baiknya itu untuk berkunjung ke kampung halamannya di Desa Kelawangin. Kedatangan mereka disambut hujan lebat seolah memberi isyarat pertanda ada sesuatu mengerikan yang akan segera terjadi.

Setibanya di Desa Kelawangin, Kenar kerap bermimpi buruk dikejar oleh sosok hitam legam yang ingin merebut jiwa/sukmanya, dan juga sosok penari yang seolah mengintainya. Karena banyak keanehan dan misteri masa lalu yang terjadi di desa dan melibatkan keluarganya Ayu mengenalkan Kenar pada Dierja (diperankan oleh Aliando Syarief) untuk membantunya menjawab misteri yang pernah terjadi di Desa Kelawangin sepuluh bahkan dua puluh tahun lalu.
Penampilan Febby Rastanty memerankan karakter Kenar mendapat pujian dari eksekutif produser Narik Sukmo, Darmawan Surjadi. Kendati ini adalah produksi film horor pertama Febby Rastanty ia menjelaskan kalau memilih Febby adalah pilihan yang tepat.
“Bicara soal kemampuan akting dari awal saya sudah yakin kalau dia (Febby) bisa menghidupkan karakter Kenar. Jam terbang Febby di dunia akting dan dedikasi dia di dunia seni peran tentu tidak bisa diragukan lagi” jelas Darmawan.
Sementara itu produser Mulyadi JP juga menambahkan jika berakting di genre horor memiliki tantangan tersendiri. Namun hal tersebut nyatanya tidak menjadi penghalang bagi Febby dan aktor sera aktris lain untuk menampilkan akting terbaiknya.
“Yang membedakan film horor dengan film genre lain adalah proses pembuatannya seperti lebih banyak syuting di malam hari dan teknis lainnya. Disini Febby bisa beradaptasi dan total dalam proses syuting. Dia harus belajar menari, melakukan adegan sling tanpa stunt, dia sangat profesional. Begitupun para aktor dan aktris lainnya,” lanjutnya.

Banyak tantangan dan hal baru yang harus para pemain film Narik Sukmo jalani saat produksi film ini. Febby Rastanty harus belajar menari tradisional yang gerakannya diciptakan khusus untuk film Narik Sukmo oleh penata gerak senior Elly Luthan yang juga ikut bermain peran dalam film ini.
Baca Juga: Telkom Hadirkan Harapan bagi UMKM Disabilitas Lewat Program Expandable Heroes
“Walaupun aku suka menari, tapi lebih suka tarian modern. Disini aku perlu menari dengan basic gerakan tarian tradisional yang gerakannya memang dibuat khusus untuk film ini,” ujar Febby Rastanty.
Selain Febby Rastanty, Aliando juga menerima tantangan bermain gamelan untuk karakter Dierja yang ia perankan.
“Kelihatannya gampang, tapi kita tetap harus menyesuaikan tempo ya. Untungnya gue juga suka musik dan ada basic jadi lebih gampang buat mainin itu” pungkas Ali.
Berbeda dengan film horor yang memiliki elemen dan tema penari ataupun tarian lainnya, Narik Sukmo mencoba pendekatan berbeda melalui konflik internal karakter Kenar dengan konflik eksternal masa lalu yang terjadi di Desa Kelawangin. Konflik perselisihan dari dua kelompok yang memiliki pengaruh besar di desa tersebut berdampak pada perebutan dominasi penuh dengan melegalkan cara cara licik untuk menjatuhkan dan melemahkan kelompok yang lain.
Sutradara Narik Sukmo, Indra Gunawan, menyampaikan bagaimana film ini relate dengan kondisi saat ini.
“Masyarakat Desa Kelawangin di masa lalu merupakan cerminan masyarakat kita saat ini yang mudah sekali terhasut oleh hoax ataupun fitnah karena politik dan kepentingan kekuasaan. Lewat film ini kami mencoba menyampaikan pesan bahwa akan selalu ada konsekuensi dari setiap tindakan yang kita pilih”