Suara.com - Penyanyi Judika Nalon Abadi Sihotang atau yang akrab disapa Judika, angkat bicara mengenai perjuangan kolektif para musisi terkait polemik royalti.
Ia menegaskan bahwa gerakan yang dimotori oleh Vibrasi Suara Indonesia (VISI) bukan hanya untuk membela kepentingan penyanyi, melainkan seluruh profesi di dalam ekosistem musik, termasuk pencipta lagu.
Sebagai seorang seniman yang juga aktif menulis lagu, Judika merasakan betul bagaimana rumitnya memperjuangkan hak-hak sebagai pencipta.
Hal itu juga yang mendorongnya untuk ikut vokal dalam menyuarakan isu ini.
"Saya juga pencipta lagu, yang juga sangat berjuang untuk gimana hak-hak saya itu saya dapatkan secara memang rules," ujar Judika di Universitas Pelita Harapan (UPH), Karawaci, Tangerang, Rabu, 23 Juli 2025.
![Judika di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (22/7/2024) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/07/22/16338-judika.jpg)
Pelantun lagu "Aku yang Tersakiti" ini menjelaskan, kedatangan VISI ke berbagai forum bukan semata-mata untuk membela profesi penyanyi.
Menurutnya, perjuangan ini memiliki cakupan yang lebih luas dan menyangkut nasib seluruh mata rantai industri musik.
"Kedatangan VISI bukan hanya membela profesi penyanyi," tegasnya.
Judika juga menyoroti adanya framing atau penggiringan opini yang seolah-olah mengadu domba antara penyanyi dengan pencipta lagu.
Baca Juga: Jadi Saksi Sidang Hak Cipta, Sammy Simorangkir Nyanyi Lagu Bila Rasaku Ini Rasamu di Depan Hakim
Ia ingin meluruskan bahwa para penyanyi yang tergabung di VISI, banyak di antaranya juga merupakan pencipta lagu, sangat peduli dengan hak-hak para komponis.

"Jangan sampai ada framing atau penghakiman kalau para penyanyi itu tidak ada niat untuk berjuang untuk memperjuangkan hak-hak para pencipta," katanya.
Menurutnya, persoalan hak cipta musik memiliki keunikan tersendiri dibandingkan properti lain. Sebuah lagu bisa digunakan oleh ribuan orang dalam waktu bersamaan dan tidak akan pernah habis.
Karakteristik inilah, yang menurut Judika, perlu adanya aturan main yang jelas dan adil.
"Ini berbeda gitu, ini yang harus dipahami supaya jangan ada framing atau penghakiman," jelas Judika.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya diskusi untuk mencari solusi terbaik bagi ekosistem, bukan perdebatan yang hanya akan melahirkan kebenaran versi masing-masing pihak.