Suara.com - Di balik keputusan berat menutup 15 toko kue Lumiere, penyanyi Ashanty ternyata tengah menghadapi badai masalah pribadi yang membuatnya tertekan hebat.
Tak hanya memikirkan nasib bisnisnya, ia juga menanggung beban moral terhadap 200 karyawannya dan berjuang melawan stres akut hingga harus mencari bantuan profesional.
Dalam sebuah wawancara di kawasan Pondok Indah, Jakarta, pada Kamis, 31 Juli 2025, Ashanty tak kuasa menyembunyikan kerapuhannya.
Ia mengaku keputusan menutup Lumiere diambil di tengah berbagai cobaan, mulai dari penipuan hingga kesibukan menyelesaikan studi S3 yang menyita energi.
"Aku sudah dua kali ke psikiater, jujur, karena penyakit nggak bisa tidurku muncul lagi. Akhirnya aku sudah di-sleep study pun kemarin di rumah sakit hasilnya ya, memang stres akut saja, gitu," kata Ashanty.
![Ashanty saat menghadiri resepsi pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier di Four Seasons Jakarta, Kamis, 31 Juli 2025 [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/31/83327-ashanty.jpg)
Beban terbesarnya bukanlah kehilangan bisnis, melainkan memikirkan nasib para karyawan yang harus kehilangan pekerjaan. Rasa empati yang mendalam inilah yang menjadi pemicu utama stres yang ia alami.
"Aku tuh stres akutnya kayak gini loh, kayak, aku kan tahu karyawan-karyawan aku, aku tahu, ada yang aku tahu anaknya, ada yang aku tahu juga misalnya dia anaknya tiga. Kalian tahu, kan, cari kerja sekarang gampang? Nggak kan, susah, gitu," ujarnya.
Tak ingin lepas tangan, ibu sambung Aurel Hermansyah ini telah mengambil langkah-langkah yang bertanggung jawab.
Ia telah memberikan pemberitahuan penutupan sejak beberapa bulan sebelumnya, agar para karyawan memiliki waktu untuk mencari pekerjaan baru.
Baca Juga: Terjawab Alasan Ashanty Tutup Toko Kue Lumiere, Beda Pendapat dengan Rekan Bisnis
"Aku kasih tahu mereka pun 3 bulan sebelumnya, jadi nggak langsung, 'Eh, kita tutup ya bulan depan.' Ih, zalim banget gitu, ya. Nggak juga," tegasnya.
Bagi sebagian karyawan setia yang masih bersamanya, Ashanty tidak tinggal diam. Ia berinisiatif untuk segera merintis usaha baru demi memberikan mereka sumber penghidupan.
Dengan memanfaatkan salah satu lokasi gerai yang kontrak sewanya masih berjalan, ia akan membuka kedai bakmi.
"Jadi aku rencananya, aku nggak mau mecat karyawan aku yang masih ada. Kalau yang sudah dapat kerjaan, nggak apa-apa. Aku mau bikin bakmi ayam," jelasnya.

Rencana ini muncul dari dorongan para karyawannya sendiri yang memintanya untuk menciptakan bisnis baru. Mereka percaya pada tangan dingin Ashanty dalam meracik produk yang pasti laku di pasaran.
"'Bun, bikin sesuatu lagi, yuk,' gitu. Kayak, maksudnya, 'Ini kan tempat masih ada. Bikin apa?' gitu. 'Ya sudah, kita bikin saja'," kisah Ashanty, menirukan ucapan karyawannya.
Sebelumnya, Ashanty memang mengakui bahwa penutupan 15 gerai Lumiere murni berkaitan dengan perbedaan visi misi dengan mitra bisnisnya.
Ashanty, yang idealis dalam berbisnis, pada akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan usaha kuenya daripada harus menurunkan kualitas produk di tengah kenaikan harga bahan baku pangan.