Suara.com - Stasiun Tanah Abang, salah satu urat nadi transportasi Jabodetabek, berubah menjadi lautan manusia yang cemas dan putus asa pada Senin sore, 25 Agustus 2025.
Pemandangan yang terekam dalam berbagai video amatir tersebut dengan cepat menjadi sorotan, tidak hanya sebagai laporan gangguan layanan, tetapi juga sebagai pemicu kritik sosial yang tajam yang ditujukan kepada Anggota DPR, Nafa Urbach.
Pemicu utama dari kekacauan ini adalah demonstrasi besar yang berlangsung di depan Gedung MPR/DPR.
Imbasnya, layanan KRL Commuter Line untuk rute vital Rangkasbitung/Serpong lumpuh total. Sejak pukul 17.00 WIB, saat para pekerja seharusnya memulai perjalanan pulang mereka, hingga pukul 20.30 WIB, tidak ada satu pun kereta yang dapat melintas.
Akibatnya, ribuan calon penumpang yang tidak memiliki alternatif lain terjebak di dalam stasiun, menciptakan penumpukan massa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Video yang beredar luas di media sosial merekam pemandangan yang mengerikan. Peron dan lorong stasiun yang biasanya padat kini menjadi sesak hingga nyaris tak ada ruang untuk bergerak.
Para penumpang berdiri berhimpitan, dengan wajah lelah dan frustrasi. Petugas keamanan yang berada di lokasi tampak kewalahan. Upaya mereka untuk mengatur alur manusia yang begitu besar menjadi sia-sia.
Situasi mencapai puncaknya ketika sebuah pengumuman darurat terdengar melalui pengeras suara, menambah kepanikan di tengah kerumunan.
"Untuk kenyamanan bersama, mohon berhenti terlebih dahulu, bangunannya bergoyang," ujar petugas.
Baca Juga: Awalnya Dukung DPR Dapat Tunjangan Rumah Dinas, Nafa Urbach Kini Umbar Janji Hibahkan Gaji Buat Guru
Pernyataan ini sontak membuat sebagian penumpang panik, khawatir akan keselamatan struktur bangunan yang menampung beban ribuan orang di luar kapasitasnya.
Sebagian penumpang dengan sigap mengikuti instruksi untuk berpindah ke area gedung baru yang dianggap lebih aman, sementara yang lain tetap bertahan, berharap kereta akan segera datang. Beruntung, insiden ini tidak sampai memakan korban jiwa.
![Olahraga Nafa Urbach: Dulu Hajar Samsak, Kini Dihantam Netizen [Instargam Nafa Urbach]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/22/97789-nafa-urbach.jpg)
Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, video ini menemukan sasaran baru di media sosial untuk memberi tag kepada Nafa Urbach.
Warganet dengan cepat menghubungkan penderitaan para komuter ini dengan pernyataan Nafa sebelumnya mengenai tunjangan rumah bagi anggota DPR.
Nafa diketahui mendukung alokasi dana Rp 50 juta per bulan, dengan alasan bahwa anggota DPR tidak lagi menerima rumah dinas. Ia berargumen bahwa uang tersebut wajar untuk biaya sewa rumah di dekat kompleks parlemen di Senayan.
Pernyataan yang memicu kemarahan publik adalah ketika Nafa mencontohkan kesulitannya sendiri.
"Saya aja yang tinggalnya di Bintaro, macetnya luar biasa," keluhnya, menggambarkan perjalanannya ke kantor.
Bagi warganet, keluhan Nafa tentang kemacetan dari dalam mobil pribadinya terasa ironis dan tidak peka jika dibandingkan dengan perjuangan ribuan penumpang yang berdesakan di Stasiun Tanah Abang.
Media sosial pun dibanjiri komentar yang menandai akun Nafa Urbach.
"Tag Nafa Urbach biar tahu bagaimana perjuangan rakyat mencari nafkah. Apakah sebanding dengan dia?" tulis seorang warganet.
"Nafa Urbach kalau tiap hari begini sudah nangis kejer kayaknya," sahut lainnya.
Pada akhirnya, video kepadatan di Stasiun Tanah Abang menjadi lebih dari sekadar laporan gangguan perjalanan.
Ia menjadi cermin kesenjangan sosial, simbol kemarahan publik terhadap pejabat yang dianggap tidak memahami realitas kehidupan warganya.
Selain itu kejadian tersebut sebagai pengingat keras bahwa keluhan tentang macet memiliki makna yang sangat berbeda bagi mereka yang berada di dalam mobil dengan pendingin udara dan mereka yang berjuang untuk sekadar bisa bernapas di stasiun yang penuh sesak.