7 Tipe Pasien yang Bikin Dokter Kesal

Jum'at, 07 Februari 2014 | 17:33 WIB
7 Tipe Pasien yang Bikin Dokter Kesal

Matamata - Sebagai pekerja jasa, dokter dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasiennya. Menghadapi orang yang bermasalah dengan kesehatannya, dokter diharapkan untuk bersikap ramah dan sabar.

Namun bagaimanapun juga, dokter juga manusia biasa yang bisa bingung, bahkan kesal jika menghadapi pasien-pasien tertentu. Jika sudah begitu, ada kalanya dokter mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan medis dan memberikan obat yang tepat untuk si pasien.

Berikut ini 7 tipe pasien yang bisa membuat dokter kesal seperti dirangkum oleh The Daily Beast. Menarik untuk disimak, supaya Anda tidak menjadi seperti salah satu di antaranya.

1. Pasien yang hanya tahu warna obat, tapi tidak tahu mereknya

Pasien tipe ini biasanya bingung saat ditanyai dokter soal obat apa yang sudah mereka minum. "Itu tuh dok, pil kecil yang warnanya biru" atau "kapsul kuning itu lho dok" adalah jawaban yang kerap dilontarkan pasien. Dokter memang hafal obat di luar kepala, tapi tentu mereka tidak diajari bahwa warna dan bentuk tertentu dapat diasosiasikan dengan merek obat tertentu. Jadi, bagi para pasien, usahakan untuk tahu obat apa yang sudah diminum dan catatlah, sehingga dokter tidak salah melakukan tindakan medis.

2. Pasien yang tidak sabaran

Pasien terkadang merasa sudah menunggu terlalu lama, sementara dokter yang diharapkan tidak kunjung datang. Tak jarang pasien meluapkan amarah kepada dokter yang terlambat. Ketahuilah, sebenarnya para dokter pun tahu waktu pasien sangatlah berharga. Namun, mereka juga butuh waktu untuk mengambil hasil pemeriksaan lab, atau keperluan lain menyangkut pemeriksaan pasien. Tentu Anda ingin agar dokter tidak buru-buru dan asal-asalan menangani keluhan Anda bukan?

3. Pasien yang ingin cepat-cepat diurus dokumennya

Setelah berobat ke dokter, biasanya ada surat-surat yang harus diurus, entah itu surat ijin sakit, dokumen asuransi, dan sebagainya. Seringkali ada pasien yang menuntut agar dokter segera membuatkan dokumen-dokumen semacam itu. Padahal dokter juga punya banyak urusan lain yang harus ditangani, termasuk pasien lainnya. Jadi, lagi-lagi, bersabarlah, beri sedikit ruang bagi dokter Anda.

4. Pasien yang suka "nambah" keluhan

Tipe pasien ini juga tidak disukai dokter. Mereka ini biasanya menambah keluhan saat konsultasi sudah berakhir, bahkan setelah dokter melakukan diagnosa dan memberikan resep. Dokter punya prosedur tertentu dalam memeriksa, melakukan pengetesan dan menentukan tindakan medis. Kalau tidak semua keluhan diungkap dari awal, tentu hal itu membuat mereka kerepotan.

5. Pasien lansia yang dibiarkan berkonsultasi sendiri

Untuk poin ini, bukan si pasienlah yang membuat dokter kesal, melainkan si pengantar pasien. Biasanya hal ini terjadi pada pasien yang sudah tua dan pikun. Terkadang, pasien ini diantar oleh kerabat, ataupun orang lain yang cuek. Alih-alih menemani si pasien selama berkonsultasi dengan dokter, si pengantar justru tidak ikut ke ruang dokter. Padahal, orang tua, apalagi yang sudah pikun, kerap mengalami kesulitan mengingat penjelasan dan pengobatan yang diberikan dokter. Beberapa bahkan sulit mengutarakan keluhan mereka.

6. Pasien yang sok tahu

Dokter menghargai pasien yang punya perhatian besar pada kesehatan mereka dan aktif mencari informasi dari media, termasuk internet. Tapi, terkadang pasien semacam ini terkesan "sok tahu" di depan dokter, dan justru merasa lebih tahu dari dokter. Ada baiknya pasien seperti ini memberitahukan sumber informasi yang mereka dapat, supaya dokter juga bisa memberi arahan dari sudut pandangnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI