Suara.com - Aborsi atau menggugurkan bukanlah pilihan menyenangkan, tapi kadang harus dilakukan. Aborsi kadang menjadi satu-satunya pilihan untuk sebagian orang, bisa karena masalah kesehatan atau karena kehamilan itu benar-benar tidak direncanakan. Dan aborsi pun menjadi realitas yang tak dapat dihindari dalam kehidupan nyata.
Ketika aborsi menjadi pilihan, ada beberapa masalah kehamilan mungkin terjadi. Banyak perempuan yang mengkhawatirkan kesuburannya setelah aborsi. Ini adalah sebuah pepatah usia tua bahwa Anda tidak harus membatalkan kehamilan pertama Anda dan jika Anda melakukannya , mendapatkan hamil setelah melakukan aborsi menjadi bermasalah .
Benarkah masalah kehamilan akan muncul setelah aborsi? Logika awam mengatakan, jika seseorang bisa hamil sekali, harusnya tidak ada masalah untuk hamil lagi. Tapi ada banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan setelah aborsi. Berikut fakta medis yang dapat membantu Anda memahami mengapa hamil setelah aborsi bisa jadi masalah .
Gangguan hormonal
Ketika kehamilan dihentikan secara paksa, maka tubuh akan 'bingung'. Sistem reproduksi akan terganggu dan menimbulkan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Selain itu untuk bedah aborsi bedah membutuhkan scraping menyeluruh dari dinding rahim (uterus) yang berupa jaringan lembut. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan jaringan parut yang mengakibatkan embrio tidak tertanam kuat di rahim.
Jeda waktu.
Memutuskan segera hamil setelah aborsi bukanlah ide yang bagus. Rahim butuh waktu untuk menyembuhkan dan jika Anda tidak memberikan waktu untuk istirahat kemungkinan terjadi keguguran lebih besar.
Gangguan ovulasi.
Jika Anda melakukan aborsi dengan mengonsumsi obat tertentu, bisa memicu penyimpangan ovulasi. Ovulasi adalah proses yang sangat rumit dimana rahim melepaskan telur matang setiap bulan. Satu dari tiga perempuan yang melakukan aborsi mengeluhkan gangguan ovulasi.
Kista.
Tablet hormon yang diberikan untuk aborsi bersifat merangsang ovarium yang bisa memicu terbentuknya kista. Dan seperti yang sudah banyak diungkap ovarium polikistik atau kista merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pada perempuan.
Masa subur terpotong.
Aborsi kadang dilakukan karena penyimpangan kromosom atau karena janin tidak tumbuh. Dalam kasus tersebut, hamil untuk kedua kalinya mungkin menjadi masalah bukan karena aborsi namun karena masalah kesehatan lainnya. Maka masalah yang Anda hadapi, kesempatan untuk hamil lagi 'terpotong' karena Anda lebih tua sekarang dan kesuburan mulai berkurang.
Masalah kejiwaan.
Aborsi sering menjadi beban psikis bagi seorang perempuan, dan stres adalah musuh terburuk bagi perempuan yang ingin hamil. Kondisi ini benar-benar bisa mengurangi kesempatan seseorang untuk hamil setelah melakukan aborsi. (boldsky.com)