Vinolia Wakidjo, Dirikan Rumah Singgah Kebaya untuk Sambung Harapan ODHA

Jum'at, 31 Mei 2019 | 11:35 WIB
Vinolia Wakidjo, Dirikan Rumah Singgah Kebaya untuk Sambung Harapan ODHA
Mami Vin di Rumah Singgah Kebaya (HiMedik/Shevinna Putti)

Alhasil, Mami Vin pun harus berjerih payah sendiri dibantu Mami Rully untuk memenuhi kebutuhan para penderita di rumah singgah Kebaya, terutama untuk makan sehari-hari. Bahkan Mami Vin juga harus memikirkan biaya kontrakan rumahnya setiap tahun.

"Dengan mereka kumpul di sini kan artinya semua pertanggungjawaban kan ada di mami. Mereka sakit kan butuh makan belum yang lain. Akhirnya kita punya gaji ya sudah gaji mami untuk makan sehari-hari mereka," katanya.

Mulai dari meminta bantuan orang-orang berkecukupan di sekitarnya hingga menjadi narasumber dalam seminar HIV/AIDS. Jika tak ada uang, mereka pun terpaksa tidak makan dan menggadai barang-barang berharga.

"Jadi kita sempat kosong tidak ada bantuan, sedangkan sudah banyak yang kita rawat. Sehingga kadang kita nggak punya uang sama sekali. Sampai akhirnya apa yang bisa kita jual dan kita gadai ya kita gadai untuk makan sehari-hari," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, kegigihan Mami Vin membantu para penderita HIV/AIDS pun banyak dilirik oleh lembaga-lembaga, masyarakat hingga instansi pendidikan.

Mami Vin semakin sering diundang sebagai narasumber dan dosen tamu di Universitas Gadjah Mada terkait HIV/AIDS. Melalui kegiatan itu pula semakin membuka pintu rezeki karena banyak orang dari berbagai kalangan membantu usaha Mami Vin.

"Akhirnya dari apa yang mami lakukan ya pulang bawa uang. Jadi yang tadi anak-anak tidur lantai ya mami belikan kasur, dipan, hiburan. Barang-barang ini semua hasil kerja kita semua," ujarnya.

Pada 2015, rumah singgah Kebaya akhirnya pun dibantu oleh pemerintah khususnya Dinas Sosial provinsi DIY melalui APBD. Tetapi, dana dari pemerintah itu hanya membantu untuk konsumsi 5 orang yang tinggal di rumah singgah Kebaya.

Padahal penderita HIV/AIDS yang tinggal di rumah tersebut bisa saja lebih dari 5 orang. Karena itu, Mami Vin pun tetap harus bekerja keras memenuhi kebutuhan orang-orang di rumah singgah Kebaya.

Baca Juga: Banyak Anak di Pakistan Terinfeksi HIV Akibat Malapraktik, Kenali Gejalanya

Untungnya, bantuan dari orang-orang berbagai kalangan juga selalu ada yang datang. Tak hanya dari para aktivis, orang-orang dari luar negeri yang melihatnya melalui media sosial.

Mami Rully, program manager rumah singgah Kebaya (HiMedik/Shevinna Putti)
Mami Rully, program manager rumah singgah Kebaya (HiMedik/Shevinna Putti)

Kehangatan di Rumah Singgah kebaya

Selama 12 tahun mendirikan rumah singgah Kebaya, sudah sekitar 120 orang yang dirawat oleh Mami Vin. Banyak penderita HIV yang mampu bertahan hidup dan bekerja kembali. Tetapi, ada pula yang meninggal karena tak tertolong.

Salah satunya, Mak Onah (nama panggilan) seorang penderita HIV yang sudah sejak awal berada di rumah singgah Kebaya, sejak 2007 silam. Dalam pengamatan, Mak Onah terlihat cukup sehat itu juga berkat upaya Mami Vin yang berusaha memastikannya selalu minum obat.

"Ini Mak Onah dari 2007 sampai sekarang, penderita HIV juga. Tapi, kan terlihat sehat karena minum obat teratur," kata Mami Vin.

Selain Mak Onah, ada satu orang lagi yang menarik perhatian di rumah singgah Kebaya. Ia adalah seorang balita 2 tahun berinisial NR.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI