Suara.com - Bagi jutaan anak muda di Indonesia, drama korea alias drakor Hospital Playlist adalah sebuah pelarian manis.
Drakor ini menyajikan utopia medis di mana dokter bukan hanya jenius, tetapi juga sahabat yang hangat dan penuh empati terhadap pasien maupun keluarganya.
Para dokter dalam drakor ini melihat pasien sebagai individu dengan cerita, bukan sekadar nomor rekam medis.
Setiap nyawa diperjuangkan, setiap keluarga ditenangkan, dan setiap penjelasan medis disampaikan dengan sabar.
Fasilitas mutakhir dan birokrasi efisien memungkinkan para dokter fokus pada penyembuhan.
Selain itu, drakor ini juga menonjolkan bahwa etika berada di atas uang! Kesehatan tidak pernah dikompromikan demi keuntungan.
Di Yulje Medical Center, pasien adalah pusat alam semesta, teknologi canggih, dan kemanusiaan adalah hukum tertinggi.
![Hospital Playlist. [hancinema/llarissya]](https://media.suara.com/pictures/original/2022/01/14/29799-hospital-playlist-hancinema.jpg)
Namun, saat layar mati, kita terlempar kembali ke realita yang seringkali berkebalikan.
Kontras antara Yulje dan kondisi rumah sakit serta puskesmas di Indonesia bukan lagi sekadar perbandingan, melainkan sebuah dakwaan yang didukung oleh deretan kasus nyata.
Baca Juga: BPJS Padang: Pasien Ditolak RSUD, Meninggal Usai Dipulangkan dalam Kondisi Lemas!
Berikut adalah beberapa kasus dugaan penelantaran pasien yang sempat menyita perhatian publik, menjadi pelajaran pahit bagi kita semua.

1. Meninggal di Halaman Puskesmas: Tragedi Pengamen di Woha, Bima
Pada akhir Agustus 2024, seorang pengamen jalanan berusia 19 tahun bernama Andi meninggal dunia di halaman Puskesmas Woha, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kasus ini menjadi sorotan tajam setelah muncul dugaan penelantaran dan malapraktik.
Menurut kronologi, Andi dibawa ke puskesmas dengan keluhan mual dan muntah.
Namun, ia diduga tidak mendapatkan perawatan yang memadai hingga akhirnya ditemukan meninggal di taman puskesmas.