Usai 6 Bulan, Pandemi Covid-19 Ternyata Masih Tahap Awal

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 03 September 2020 | 18:45 WIB
Usai 6 Bulan, Pandemi Covid-19 Ternyata Masih Tahap Awal
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah enam bulan lebih Indonesia bergulat untuk menangani virus corona, jumlah kasus harian masih relatif meningkat. Sejumlah ahli dan praktisi menyatakan bahwa merujuk kepada data-data yang ada, sejauh ini Indonesia terbilang masih pada fase awal pandemi.

Pasalnya, jumlah kasus penyebaran dan penularan virus corona belum surut. Hingga hari ini kasus positif mencapai lebih dari 155 ribu orang dengan angka kematian melebihi 6.700 orang.

Jumlah kematian itu membuat Indonesia menempati peringkat ke-18 dunia.

“Mungkin kalau untuk data kasus aktif Covid-19, seolah tampak sudah melandai kasus aktifnya. Tapi ini lebih disebabkan karena pada Juni 2020, Indonesia akhirnya mengadopsi standar WHO untuk discharge pasien,” kata Pendiri KawalCovid-19 Ainun Najib, dalam diskusi publik yang diselenggarakan Katadata.co.id x KawalCovid-19 bertajuk “Enam Bulan Covid-19 di Indonesia, Kapan Berakhirnya?” Kamis, (3/9/2020).

Tenaga medis virus corona (Antara)
Tenaga medis virus corona (Antara)

Ainun menjelaskan pula bahwa seluruh lapisan masyarakat tetap harus terus menjaga kewaspadaan terhadap penyebaran virus corona. Pasalnya, positive rate tes Covid-19 di Indonesia masih menunjukkan peningkatan.

Positive rate menunjukkan, dari sekian tes yang dilakukan maka seberapa besar dari oknum yang dites yang kembali positif Covid-19. KawalCovid-19 menyebutkan, positive rate pada Juni sebesar 11,79 persen, angka ini terus merangkak pada Juli (13,36 persen) dan Agustus (15,42 persen). Catatan saja, per Agustus 2020 terdapat sekitar 430.645 orang yang sudah diperiksa.

“Ini mengkhawatirkan. Naiknya positive rate menunjukkan dua hal, yaitu wabah Covid-19 terus menyebar di masyarakat. Dan, kapasitas tes kita belum bisa menyamai kecepatan peningkatan penyebaran wabah. Harusnya rate ini bisa dijaga stabil pada angka serendah mungkin,” ucap Ainun.

Merespons kondisi yang ada, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Kolonel CKM (Purn.) dr. Achmad Yurianto mengutarakan bahwa pemerintah dengan menggandeng berbagai pihak terkait terus bekerja keras menerapkan strategi pengendalian penyebaran Covid-19.

Terdapat empat strategis yang diterapkan, yaitu tes, pelacakan, isolasi, dan pengobatan/penanganan (test, trace, isolate, dan treat).

Baca Juga: Gelombang Kedua Virus Corona Hantam Turki, Gara-gara Pesta Pernikahan?

“Adaptasi kebiasaan baru atau new normal, tidak hanya pada perubahan perilaku tetapi secara sistem kita juga harus melakukan peningkatan kewaspadaan dan kesadaran diri terhadap protokol kesehatan. Prediksi apapun tak berguna jika tidak diikuti dengan upaya komprehensif dari sistem surveilans dan dari kapasitas sistem kesehatan kita,” ucap Achmad Yurianto.

WHO menyebut, surveilans kesehatan masyarakat merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistemik serta terus menerus. Pada saat yang sama, dilakukan pula penyebaran informasi secara terus menerus kepada unit yang membutuhkan agar dapat mengambil tindakan yang tepat.

Yurianto juga menekankan, kondisi pandemi di Tanah Air tidak bisa dikatakan paling buruk maupun paling baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun yang pasti, imbuhnya, terus ada sejumlah tantangan dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.

Beberapa di antaranya, seperti belum maksimal pelaksanaan penyelidikan epidemologi kasus dan contact tracing. serta soal kapasitas laboratorium dan rumah sakit yang belum merata.

“Pemeriksaan laboratorium yang digunakan sebagai standar realtime PCR, tidak seperti pemeriksaan gula darah yang di mal saja bisa. Mesti ada SDM laboratorium yang mesti disiapkan,” ucap Achmad Yurianto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI