Suara.com - Seorang narapidana pria dilarikan ke UGD Rumah Sakit Santa Maria Nuova di Florence, Italia, setelah mengeluh sakit perut, dua jam setekah ia sengaja menelan baterai AA.
Awalnya dokter menduga sang pria 26 tahun tersebut mengalami serangan jantung, meski pasien tidak mengalami gejala lain seperti sesak napas.
Pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, dan satu-satunya faktor risiko penyakit jantungnya adalah kebiasaan merokoknya.
Selain itu, kadar troponin jantungnya, protein otot jantung yang dilepaskan ke dalam darah selama serangan jantung, juga normal.
Setelah menjalani X-ray, dokter menemukan adanya baterai di tubuh pasien. Ternyata alat elektrokardiogram (EKG), yang sebelumnya digunakan untuk memeriksa jantung pasien, menunjukkan hasil salah akibat baterai di tubuh pasien.
![Ilustrasi baterai nuklir. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/11/22/42891-baterai-nuklir.jpg)
Setelah dokter mengeluarkan baterai, EKG kembali normal, lapor Live Science.
"Jika seseorang menelan satu baterai atau beberapa baterai, EKG dapat meniru perubahan yang sama seperti pada infark miokard, atau serangan jantung akut," jelas Guy L. Mintz, direktur kesehatan kardiovaskular dan lipidologi di Sandra Atlas Bass, Northwell Health, yang menangani pasien.
Pada pasien ini, EKG menunjukkan tanda serangan jantung yang dikenal sebagai 'elevasi segmen-ST'. Artinya, segmen tertentu di EKG yang biasanya datar malah meningkat.
Bagaimana mengonsumsi baterai bisa meniru hasil serangan jantung pada EKG?
Baca Juga: Penting Diketahui, Berikut 3 Tips Menurunkan Kolesterol oleh Ahli Jantung
Laporan yang terbit pada Senin (23/11/2020) di jurnal Annals of Internal Medicine ini menjelaskan bahwa baterai yang berkontak dengan asam lambung dapat menghasilkan arus listrik yang mengalir ke jantung dan memengaruhi EKG.