Perbedaan Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Lordosis, Kifosis, dan Skoliosis

Vania Rossa Suara.Com
Sabtu, 30 Januari 2021 | 06:33 WIB
Perbedaan Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Lordosis, Kifosis, dan Skoliosis
Ilustrasi perempuan kena skoliosis [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada 3 masalah gangguan tulang belakang pada manusia, yaitu lordosis, kifosis, dan skoliosis. Keiganya memiliki gejala yang berbeda. Oleh karena itu, pengobatan yang harus dilakukan pun berbeda.

Dilansir dari cmsfitnesscourses, berikut perbedaan gejala, penyebab, dan pengobatan ketiga masalah tulang belakang ini.

Lordosis
Lordosis ditandai dengan kondisi tulang belakang melengkung secara berlebihan di bagian bawah punggung. Hal ini juga dikenal sebagai swayback. Biasanya orang yang memiliki gangguan lordorsis dapat dikenali dengan posisi tubuh yang membusung ke depan.

Lordosis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, di antaranyao steoporosis, kegemukan, dan kehamilan.

Orang yang mengalami lordosis biasanya akan sering merasakan sakit di bagian punggung, mobilitas berkurang, bokong menonjol, dan terdapat celah antara punggung dengan lantai saat berbaring.

Lordosis ringan dapat diatasi dengan latihan dan terapi fisik. Namun, untuk kasus yang parah, biasanya memerlukan pengobatan, penyangga punggung, bahkan operasi.

Kifosis
Kifosis merupakan kondisi ketika punggung bagian tengah hingga atas membulat hingga derajat tertentu, dan sering disertai dengan kemiringan panggul anterior. Hal ini membuat tubuh menjadi bungkuk.

Biasanya kifosis bisa disebabkan oleh postur tubuh yang buruk, radang sendi, osteoporosis, infeksi tulang belakang, ataupun tumor.

Gejala yang timbul di antaranya kelelahan punggung dan kaki. Selain itu, penderita kifosis juga akan mengalami punggung bagian atas yang melengkung, serta kepala miring ke depan.

Baca Juga: Jessica MIla Idap Skoliosis Sejak SMP, 2 Posisi Tidur ini Paling Aman

Pada dasarnya, penanganannya mirip seperti lordorsi, yaitu latihan dan terapi fisik untuk kasus ringan, dan operasi pada kasus parah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI