Masalah Etis dan Diskriminatif di Balik Program Vaksin Gotong Royong

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 11 Mei 2021 | 13:07 WIB
Masalah Etis dan Diskriminatif di Balik Program Vaksin Gotong Royong
Ilustrasi vaksin COVID-19 (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dicky sendiri sejak awal dengan tegas bahwa dalam situasi krisis seperti pandemi Covid-19, vaksin mesti diberikan secara gratis pada masyarakat. Terlebih, secara aturan, menurut Dicky, itu merupakan kewajiban negara untuk bisa menyediakan vaksin secara gratis untuk  semua.

"Dan yang harus diperhatikan, kenapa harus digratiskan, karena ini statusnya bencana nasional, bahkan global, bagaimana mungkin dalam situasi seperti ini malah berdagang dengan masyarakat kita,"kata dia.

Dicky sendiri tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya vaksin Covid-19 bisa diperjualbelikan seperti halnya sejumlah vaksin lain. Namun, Dicky menggarisbawahi bahwa saat ini bukan momen yang tepat untuk memperjualbelikan vaksin.

Ia juga mengatakan, bahwa Indonesia satu-satunya negara yang memperjualbelikan vaksin di tengah situasi pandemi. Selain itu, mekanisme ini juga tidak memiliki dasar dukungan ilmiah yang kuat bahwa memiliki dampak positif.

"Kalau mau herd immunity kata siapa, itu long term goal, sekarang kalau mau jujur agak mustahil akan tercapai, bahkan 10 tahun belum tentu, karena varian baru muncul banyak banget," ujar dia.

Untuk itu, Dicky menyarankan bahwa program vaksinasi harus diakselerasi dan dipercepat serta dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. Terutama di kelompok rawat seperti lansia dan komorbid. Serta untuk mereka yang berpotensi rawan seperti di daerah bencana. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI